"Whew, akhirnya kita sampai juga."
Wanita itu terlihat lega ketika berhasil melakukan noclip menuju level kali ini, hal itu juga turut dirasakan oleh tim penjelajah yang mengikuti dirinya di belakangnya. Metode untuk tiba kemari bukanlah perkara mudah karena harus berurusan dengan koloni entitas Manstria yang tidak ramah itu, tetapi wanita itu membuat segalanya menjadi mudah seolah-olah ia memiliki koneksi yang dalam dengan mereka—entah siapa dia itu.
"Jadi … kita di mana?" tanya pria yang menjadi pemimpin di kelompok itu. Ia penasaran mereka ini sebenarnya dibawa ke mana.
Tempat itu seperti sebuah tempat perbelanjaan dari sebuah pom bensin yang telah ditinggalkan, hanya ada rak kosong di sekeliling mereka dan pencahayaannya tidak berfungsi. Cahaya putih kelabu dari arah luar memberi kesan misterius dan menyeramkan, ditambah dengan betapa heningnya suasanya di sekitar mereka.
Sepertinya level kali ini adalah level yang cukup suram jika tidak ada keberanian di dalam hati seseorang, tetapi yang seperti ini adalah hal biasa bagi mereka yang sudah terbiasa menjelajah ke sana kemari. Mereka menduga bahwa level kali ini mungkin tipe perkotaan yang berkabut atau semacamnya, sebenarnya bukan tema yang tidak biasa jika dibandingkan dengan pengalaman mereka selama ini. Selagi tidak ada bahaya di dalam level ini maka apapun temanya maka tidak masalah, bukan?
Di sisi lain, dengan nada penuh antusiasme wanita itu bersikap seperti ia sedang mengenalkan sebuah lokasi favoritnya, "Ini adalah level yang tidak ada di katalog kalian dan aku akan mengajak kalian berkeliling. Jadi, siapkan alat tulis kalian karena ini pasti akan sangat menyenangkan!"
Sebuah level baru yang tidak ada di katalog katanya, ini akan menjadi misi penjelajahan yang sangat penting karena akan memperkaya katalog level milik banyak Penyintas sekaligus. Seperti biasa dokumentasi dan laporan mereka akan dicatat lalu disebarluaskan setibanya mereka kembali ke rumah merek.
Pria itu mulai mengomandoi kelompoknya untuk memastikan tidak ada barang yang tertinggal dan mendapati bahwa para anggota kelompoknya telah 100% siap untuk menjelajah. Pria itu kemudian berbalik menghadap wanita yang menjadi pemandu mereka itu, dengan menaruh rasa percayanya ia berkata, "Baik Eli, bawa kami berkeliling."
Wanita bernama Eli itu tersenyum dan membawa mereka ke pintu keluar, hembusan angin sejuk dan kabut tipis menerpa mereka semua dengan lembut. Entah level macam apa yang akan mereka jelajahi kali ini, yang pasti sang pemimpin kelompok sudah menyiapkan alat tulisnya.
"Ok, sejauh ini terlihat bagus, sudah kuperbaiki beberapa kalimatnya. Aku tidak percaya bahwa kami bisa berkerja sama dengan para monster itu untuk melakukan pendataan. Padahal beberapa bulan yang lalu mereka adalah teror di level itu tapi sekarang mereka adalah mitra, dan siapa sangka ternyata mereka ada di mana-mana. Sial."
Pria itu memeriksa lagi drafnya setelah berulang kali mencoret-coretnya, ia kemudian meletakkan penanya sebentar untuk meminum minuman hangat yang telah ia bawa sebelumnya. Level ini lumayan dingin sehingga balutan jaket tebal dan tegukan air hangat adalah dua hal yang ia butuhkan, yah walau tempat ini penuh dengan monster yang berkeliling ke sana kemari.
Tetapi, sosok Eli yang tidak biasa itu melakukan hal yang lebih aneh lagi kali ini. Awalnya ia dengan santainya mengobrol dengan para monster itu untuk mendapatkan informasi tentang level, padahal sudah jelas dari wajah para monster itu bahwa mereka tidak menyukai semua interaksi ini. Lalu pada saat ini, ia meminta para monster itu untuk mengubah wujud mereka menjadi selimut besar supaya menjadi penghangat tubuh untuk tim penjelajah yang dipimpin pria itu.
Pria itu kehabisan kata-kata ketika salah satu anggota kelompoknya dibalut oleh balunan daging berwarna merah darah itu, ia tidak dimakan, hanya dibaluti saja.
Dengan santainya anggotanya itu berkata, “Hei bos! Ternyata ini nyaman juga!”
Mereka semua terlihat antusias dengan momen itu, momen di mana para monster tanpa rupa itu seketika menjadi lembaran layaknya selimut daging yang menjadi penghangat tubuh, tidak heran para anggotanya tidak jadi dalam melakukan tugas mereka yang seharusnya.
“Seharusnya kita itu datang untuk survei wilayah, bukan berwisata,” gumam pria itu sambil menyeruput minumannya. Tetapi ia enggan untuk mengganggu kesenangan para anggotanya dan tetap fokus dengan pekerjaannya, ia masih tidak habis pikir dengan apa yang ia lihat saat ini.
“Pak bos! Ayo main sini!” panggil Eli kepadanya. Ia langsung memberi gestur menolak, ia tidak ingin terlibat dalam kegiatan yang akan merepotkan para monster itu dan ia ingin fokus pada pekerjaannya.
Sialnya, Eli terus mencoba mengganggunya. Para monster yang memiliki wujud mengerikan itu hanya diam saja di belakang Eli sambil menatap tajam ke arahnya, ia tahu bahwa para monster itu sebenarnya tidak suka, namun entah mengapa mereka seperti tunduk kepadanya. Siapa wanita itu sebenarnya?
Karena sudah muak pria itu kemudian beranjak dari tempat duduknya dan berpindah ke lokasi lain yang tidak terlalu jauh dari lokasi sebelumnya, setidaknya kali ini ia bisa fokus dengan apa yang sedang ia kerjakan saat ini. Ia kembali membuka buku tempat ia menulis draf yang tadi untuk menambahkan informasi lainnya, untung saja gangguan tadi tidak membuatnya lupa tentang apa yang akan ia tulis berikutnya.
"Sepertinya sudah semuanya, nanti akan kukembangkan lagi bersama timku. Lalu berikutnya ….”
Pria itu kembali memperhatikan drafnya untuk memastikan tidak ada yang aneh atau tertinggal, akan sia-sia rasanya perjalanan kali ini jika ada yang lupa ia masukkan. Rasanya ia merasa beruntung memiliki ingatan yang bagus, walau ia lebih senang jika ia adalah seorang pelupa karena ia telah mendapatkan lebih banyak pengalaman yang aneh daripada yang mengesankan. Bagaimana tidak, para monster yang ia kenal tidak lebih dari sekumpulan badut saja di hadapan Eli.
Eli kembali mendatanginya, kali ini wajahnya terlihat bahagia, “Kau tahu, ada wilayah menarik yang mau kutunjukkan pada kalian. Untuk itu aku akan meminta izin dengan mereka supaya kita bisa ke sana.”
Pria itu kemudian berpikir sebentar, wilayah apa itu kira-kira? Entah mengapa itu terdengar menarik dan membuatnya ingin mengunjunginya.
“Sepertinya dirimu tertarik. Baiklah kalau begitu, akan kutemui Alvus mereka.” Eli kemudian pergi dan menghampiri salah satu monster yang sedang menjaga para anggota penjelajah itu, sepertinya mereka sedang berdiskusi akan sesuatu.
Pria itu kemudian kembali pada drafnya, sepertinya hal menarik akan terjadi dan ia harus segera menyelesaikan bagian lain dari draf ini sebelum semua informasi semakin menumpuk di dalam pikirannya.
"Ah akhirnya selesai juga drafnya."
"Sudah selesai dengan draf laporanmu?" tanya Eli yang baru saja tiba.
"Ya, sudah. Jadi bagaimana? Apakah kita mendapat izin untuk pergi ke wilayah yang kamu maksud?"
"Ya, kita mendapatkannya."
Diskusi panjang yang telah dilakukan Eli membuat seluruh anggota tim akhirnya bisa menuju wilayah berikutnya, wilayah itu merupakan sisi lain dari level ini, area bawah tanah. Banyak cerita yang menyebar di kalangan para Manstria yang menceritakan tentang betapa keramatnya area bawah tanah level ini dan entah apa yang ada di bawah sana sehingga menarik minat tim penjelajah itu. Eli juga terlihat sangat antusias untuk mengajak mereka dan bahkan siap berdebat dengan para Manstria itu untuk bisa mendapatkan akses masuk.
Sungguh, siapa wanita ini sebenarnya??
Apa pun dia itu, tim penjelajah ini tidak akan meragukan Eli karena kontrak yang telah mereka buat. Tetapi, melihat dari bagaimana para Manstria itu sangat menjaga tempat keramat mereka dari manusia membuat para penjelajah itu berpikir apakah ini tidak masalah untuk tetap masuk?
Mereka ingin menghargai keinginan para entitas itu dengan tidak memasuki wilayah keramat yang telah dijaga dengan sangat ketat itu sebagai bentuk penghormatan. Tetapi, Eli terus memaksa mereka untuk tetap masuk dan memaksa para Manstria untuk membiarkan mereka masuk, dan pada akhirnya kedua belah pihak sampai mengalah karenanya.
"Aku akan masuk lebih dahulu!" ucap Eli sambil menuruni tangga itu dengan semangat.
Di sisi lain, si pemimpin kelompok hanya bisa mengambil nafas berat tentang apa yang baru saja terjadi di hadapannya, wanita itu benar-benar berhasil membuat mereka mendapat izin untuk masuk ke bawah sana. Bisa-bisanya ia mengalahkan para monster yang menjaga akses menuju wilayah bawah tanah hanya dengan adu mulut saja.
"Tuan, maaf karena sudah melanggar aturan kalian, aku dan timku tidak bermaksud untuk tidak menghormatinya," ucap pria itu kepada Manstria penjaga yang terlihat frustasi itu.
Manstria itu turut mengambil nafas berat setelah kekalahannya, "Mau bagaimana lagi, tidak akan ada yang bisa menang melawan wanita itu. Yah, masuk saja. Tidak akan ada satu pun dari kami yang akan mengejar kalian."
Mereka berdua dapat saling memahami akan satu hal, wanita itu tidak akan bisa mereka hentikan dengan mudah. Lagi pula mereka sudah sejauh ini dan sudah tidak mungkin untuk kembali, dengan langkah mantap sang pemimpin turut menuruni tangga itu dan kemudian diikuti oleh kelompoknya.



