Sektor B
Sektor B, yang diberi julukan “Brownie” atau coklat karena warna lantainya yang berupa karpet bulu berwarna coklat tua bak tanah. Warna dindingnya krim dengan variasi putih di beberapa lokasi, membuat sektor ini memiliki palet warna seperti kue coklat dengan krim di atasnya.
Sektor ini diketahui memiliki banyak lorong lurus dan belokan tajam, lorongnya juga tidak memiliki banyak barang-barang yang menghalangi sehingga lorongnya terkesan “lega” untuk dilalui. Di kiri kanannya terdapat sedikit pintu dari ruangan-ruangan yang bervariasi, dan ternyata semuanya tidak terkunci.
Tempat ini sebelumnya sering dilalui oleh banyak orang, terutama oleh alat pengangkut barang karena lorongnya yang kebanyakan berupa jalur lurus. Tetapi jangan mengira lorong ini aman, lorong ini justru semakin tidak aman karena minimnya tempat sembunyi.
Baru saja sampai di sektor itu, mereka berlima harus menyusuri lorong-lorong panjang yang kemungkinan besar akan membawa masalah jika mereka dikejar Manstria. Jalur lurus seperti ini akan menuntut siapa pun untuk berlari secepat angin.
Apalagi jumlah belokan dan persimpangan cukup sedikit sehingga upaya untuk mengelabui Manstria akan sulit. Tapi itu masalah nanti, selagi keadaan ini masih aman, maka mereka memutuskan untuk menikmatinya selagi bisa.
Shinael merasa senang melihat tingkah laku orang-orang ini selama ia menghabiskan waktu bersama mereka, ini sudah lama sejak ia merasakan perasaan ini kembali. Ia kemudian mulai bertanya, “Hei Kak Carolyne, boleh ceritakan soal Bumi kepadaku?”
“Oh tentu, setidaknya setelah diriku membedahmu,” jawab Carolyne dengan menyeringai. Aura menyeramkan dapat dirasakan terpancar darinya.
Shinael seketika melompat dan menempel di langit-langit sehingga para manusia itu terkejut, ia dengan gemetar memohon supaya tubuhnya tidak dibongkar lagi demi ilmu pengetahuan. Melihat hal itu Carolyne berdecik karena Shinael pasti bisa kabur dengan mudah darinya.
Mereka terus berinteraksi layaknya sekumpulan sahabat di musim panas, sungguh suasana yang hangat layaknya di tepi pantai. Shinael seketika merasa nostalgia pada masa awal levelnya didatangi oleh orang-orang baru, waktu di mana level belum dibuka untuk publik namun sudah didatangi oleh para penyelidik kondisi level.
Untuk pertama kalinya ia melihat manusia lain selain ayahnya—Rizu. Ia menjadi bersemangat dan dengan cepat mencoba untuk mengakrabkan diri dengan mereka, seketika ia dengan mudah mendapatkan teman baru dari spesies berbeda hanya dalam hitungan menit saja.
Itu adalah momen yang hangat baginya karena orang-orang itu adalah sekelompok orang yang ramah dan bersahabat, berbeda dengan kelompok-kelompok berikutnya yang datang dengan tujuan-tujuan tertentu yang kurang ia sukai.
Momen hangat itu kini datang lagi pada tim penyintas yang ia dampingi saat ini, momen di mana ia merasakan kehangatan kebersamaan di dalam tim. Namun, suasana hangat dari rombongan penyintas itu kemudian tiba-tiba terhenti ketika Shinael tiba-tiba memberi tanda berhenti. Sesuatu telah muncul di dalam jangkauan deteksinya.
“Jadi itu Manstria yang berwujud normal?” tanya James kepada Shinael yang ada di belakangnya, Shinael mengangguk.
Mereka berlima sedang mengintip dari balik pintu, jalan mereka terhadang oleh satu individu Manstria berkaki dua yang sedang berdiri di tengah jalan yang akan mereka lewati. Dugaan Shinael benar, Manstria itu tidak bisa ditebak, mereka pasti akan datang tanpa diduga.
Pemandangan horor dari dua buah kaki manusia dengan bagian atasnya yang terlihat seperti tumor basah yang bertumpuk-tumpuk layaknya tumpukan kue dadar bersaus gula cair membuat mereka yang melihatnya bergidik ngeri dan jijik.
Makhluk itu besar, tiga meter tingginya, jadi wajar saja jika aura intimidasinya cukup kuat. Untung saja ia sedang menghadap ke arah lain, jika menghadap ke arah Shinael dan yang lainnya pasti akan mendatangkan masalah.
Pintu itu kemudian ditutup dengan pelan, Shinael memberitahu mereka untuk melewati jalan lain. Kali ini mereka akan melewati jalur alternatif yang sedikit lebih jauh, yah itu tidak masalah asalkan kemungkinan mereka selamat meningkat, bukan?
Harold mengeluh karena ia telah memperingatkan Shinael bahwa ia punya firasat akan bertemu Manstria, Shinael sudah tahu akan ada Manstria di situ dan ia sengaja menunjukkan kepada mereka seperti apa Manstria selain dirinya.
Shinael menjelaskan bahwa jika hanya ada satu Manstria saja di suatu lokasi, maka Shinael dapat mengatasinya dengan mudah. Yah Harold agak kesal, bagaimana jika segalanya menjadi kacau bukan?
Tetapi, bukankah tadi hanya ada satu Manstria saja di depan pintu? Carolyne bertanya mengapa Shinael tidak menyingkirkan Manstria yang tadi saja? Namun jawaban Shinael membuat mereka terdiam, “Bukankah rasanya aneh jika kalian membunuh sesama kalian sendiri hanya untuk menyelamatkan spesies lain? Apa lagi jika sosok yang kalian bunuh itu tidak ada sangkut pautnya dalam masalahmu?”
Jawaban yang cukup singkat dan masuk akal, menyerang pihak yang tidak bersalah adalah suatu tindakan yang tidak terpuji. Manstria itu hanya berdiri saja tanpa ada indikasi hendak menyerang, jika ia menyerang maka tidak masalah untuk menyerang balik, jika tidak melakukan apa pun ya kenapa diserang?
Yah, setidaknya itu yang Shinael pikirkan, awalnya semua terasa hening sampai Shinael meminta mereka untuk segera bersembunyi ke balik sebuah pintu kamar yang ada di samping mereka, mereka telah masuk namun Shinael masih di luar, mengalihkan perhatian rencananya.
Kontak terjadi, Shinael bertemu dengan Manstria lainnya yang kebetulan melewati jalan yang sama dengan mereka. Manstria itu memiliki penampilan yang kacau, seperti bola daging berahang dengan empat buah kaki manusia mencuat di kedua sisi tubuhnya.
Hm, seperti Pac Man berkaki, setidaknya seperti itu bayangan yang akan muncul dipikiran kebanyakan orang jika melihatnya. Manstria itu mendekati Shinael dan suara seperti geraman dan raungan dapat terdengar dengan pelan, makhluk itu sedang berkomunikasi dengan Shinael dalam bahasa yang tidak dimengerti manusia.
Shinael membalasnya dengan suara-suara yang sama dan kemudian Manstria itu pergi meninggalkan Shinael dengan santai, tampaknya Manstria masih menganggap Shinael sebagai bagian dari mereka sehingga dirinya tidak dicurigai. Karena keadaan sudah aman, Shinael kemudian memberitahu James untuk keluar dari kamar tersebut.
“Ya begitu lah interaksi antar sesama monster,” ucap Shinael dengan lega. James penasaran, sebenarnya apa yang mereka bicarakan barusan? Ia kemudian bertanya padanya.
“Hm, bagaimana aku menjelaskannya yah. Singkatnya sih cuman sekedar tegur sapa doang. Setelah itu … aku cuma bilang 'aku sedang berkeliling' gitu,” jelas Shinael padanya.
Bahasa Manstria diketahui sangat sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa manusia sehingga menyebabkan upaya untuk bisa memahami mereka selalu gagal. Rizu mati-matian menerjemahkan bahasa mereka selama beberapa tahun terakhir, namun semua itu sia-sia karena pada dasarnya manusia tidak bisa meniru bahasa mereka dan manusia tidak mampu membedakan suara mereka dengan benar.
Shinael mampu memahami semua yang diucapkan Manstria, setiap perbedaan tinggi rendah suara memiliki arti di dalam kamus bahasa Manstria. Namun bagi manusia yang mendengarnya, semua suara yang terdengar seperti makhluk buas itu adalah tanda bahaya yang harus dijauhi.
Walau demikian, bukan berarti komunikasi antara manusia dengan Manstria tidak bisa berjalan sama sekali, keberadaan Shinael sebagai penerjemah membuat terbentuknya jembatan di antara kedua spesies. Rizu berhasil melakukan komunikasi dengan beberapa Manstria dan membentuk hubungan baik dengan mereka, walau Rizu sendiri merasa bahwa tidak baik untuk terus menerus berinteraksi dengan mereka.
Para Manstria adalah makhluk yang tidaklah ganas pada saat itu, mereka sangat antusias akan pengetahuan baru yang dimiliki oleh Rizu dan mengecualikan pak tua itu dari daftar mangsa mereka. Namun, Rizu enggan mengajari para monster itu terlalu banyak dan membiarkan mereka belajar dengan sendirinya karena ia tidak ingin menjadi penyebab evolusi Manstria.
Kembali ke masa kini, mereka kemudian melanjutkan perjalanan dan kali ini mereka tiba di jalur yang seharusnya setelah memutar puluhan meter jauhnya. Mereka akan mampir ke kantor berikutnya untuk mengambil suplai objek-objek yang akan berguna seperti Air Almon sambil berharap kali ini mereka tidak bertemu Manstria lagi.
Manstria yang tadi saja sudah cukup membuat para manusia yang mengikuti Shinael gemetaran karena rupanya, ditambah jarak menuju kantor berikutnya itu cukup jauh sehingga harapan seperti ini terdengar seperti sebuah omong kosong belaka.
Tidak seperti di masa lalu, Manstria kini lebih sering berpatroli di sepanjang lorong-lorong sunyi di dalam level, tidak lagi melakukan metode sembunyi-sembunyi seperti yang sering mereka lakukan dahulu. Tidak heran jika siapa pun bisa menemukan Manstria dengan mudah saat ini.
Manstria telah berubah, mereka menyadari bahwa berburu secara aktif lebih menguntungkan. Mereka menyadari bahwa berburu secara pasif hanya akan membuat mereka semakin menjadi lelucon saja di mata para manusia.
Mereka memperhatikan para manusia yang berlalu-lalang di dalam level, para manusia itu berada di luar jangkauan persembunyian mereka, dan oleh karena itu, satu langkah dari Manstria yang meninggalkan persembunyiannya berubah menjadi kemusnahan seluruh manusia yang mendatangi level tersebut. Mereka tidak lagi bersembunyi, mereka kini berlari, lalu mengejar mangsanya dengan banyak tentakelnya.