Shinael menyebutkan bahwa ia ingin menjadi bagian dari para penyintas seperti menjadi anggota SPB yang terkenal itu. Tetapi dirinya adalah entitas, bagaimana mungkin ia bisa bergabung jika semenjak awal ia bukanlah manusia?
“Menurutku, kamu itu bisa,” ucap Arthur kepada Shinael. Tentu itu membuat Shinael menjadi bingung, kenapa bisa? Arthur kemudian menjawab, “Aku adalah anggota SPB dari level lain, di tempatku tidak ada aturan yang menyebutkan bahwa hanya manusia saja yang boleh bergabung. Asal kamu seorang penyintas maka kamu bisa bergabung.”
“Jadi aku ini juga penyintas?” tanya Shinael lagi.
“Yah, dalam pandanganku iya. Mereka yang lahir di Backrooms akan masuk dalam kategori penyintas karena kita semua harus bertahan hidup di sini.”
Penjelasan Arthur kemudian didukung oleh James, “Aku dan adikku adalah asli Backrooms dan kami sama-sama penyintas. Jadi-”
Ucapannya terpotong ketika ia tanpa sengaja membuat yang lainnya terkejut, itu karena James ternyata manusia yang lahir dan besar di Backrooms. Carolyne menjadi penasaran dan kemudian mendekat padanya, ia ingin tahu perbedaan yang bisa saja ada pada tubuh James jika dibandingkan dengan manusia Bumi sepertinya.
“Nona Carolyne, apa yang kamu lakukan?” ucap James yang kemudian melangkah mundur.
“Oh tidak ada, hanya ingin tahu apakah Backborn sepertimu memiliki perbedaan dengan orang Bumi sepertiku?” ucap Carolyne sambil mulai meremas lengan atas James.
“Um aku juga orang Bumi,” ucap Harold. Tetapi itu tidak digubris oleh siapa pun selain Arthur.
“Oh?” Arthur kemudian mulai mengobrol dengan Harold perihal pengalaman mereka di Bumi, sepertinya dua pria ini jauh lebih damai dibanding yang lainnya.
James mencoba melepaskan diri dari genggaman Carolyne yang penuh dengan rasa penasaran itu, memangnya apa perbedaan manusia Backrooms dengan manusia Bumi seperti yang lainnya? “Um Nona, kurasa tidak akan ada perbedaan.”
“Ada,” ucap Carolyne sambil melepaskan genggamannya, ia kemudian melanjutkan, “… peminum Air Almon sejak lahir sepertimu sudah dipastikan memiliki fisik yang berbeda dibandingkan dua orang lucu di belakangku itu.”
“Siapa maksudmu ‘dua orang lucu’?” ucap Arthur seketika, sepertinya Carolyne berhasil menarik perhatian pria itu.
“Oh bukan kalian, sepertinya aku tidak sengaja membawa-bawa rekan kerjaku yang lucu itu kemari,” balas Carolyne sambil mengibaskan rambutnya.
“Wanita ini …,” ucap Arthur dengan kesal. Harold kemudian menahan Arthur di tempatnya sambil tertawa pelan, yah ia tidak masalah jika disebut macam-macam oleh siapa pun karena ia memang tidak suka keributan.
“Mau permen?”
“Eh?”
Gadis Manstria kecil itu menoleh ke arah James yang tiba-tiba menawarkannya sebuah permen berwarna merah kepadanya, ia merasa ragu sebentar lalu menerima manisan berukuran kecil itu.
“Terima kasih. Sudah lama tidak ada yang memberikanku cemilan manis,” ucap Shinael sambil membuka bungkusan permen yang terbuat dari kertas itu.
“Yah, dari informasi yang kuketahui kamu itu suka yang manis-manis, jadi kupikir-,“ ucapan James terpotong ketika Carolyne mulai berbicara.
“Oh jadi kamu membawa permen juga? Bagi,” ucap Carolyne sambil mengulurkan tangannya. Wanita ini sangat menyukai makanan manis juga, tetapi ia kembali cemberut ketika James menolak permintaannya … dan orang-orang dewasa ini malah sampai bertengkar hanya karena kudapan manis.
Shinael mengabaikan semua itu karena ia hanya fokus dengan permen yang sudah masuk ke dalam mulutnya, ia terus mengulum permen yang terasa manis itu dengan serius. Pandangannya ke bawah, tatapannya serius, sepertinya ia benar-benar suka sesuatu yang manis sebegitunya. Di sisi lain, Arthur dan Harold saling berjabat tangan karena berhasil membuat kesal Carolyne bersama-sama.
“Aku selalu penasaran dengan bagaimana kalian bisa membuat cemilan manis ini,” ucap Shinael yang akhirnya kembali menaruh fokusnya kepada rekan-rekan barunya itu.
Mengabaikan Carolyne yang sedang kesal, James berbalik ke arah Shinael untuk menjelaskannya tentang bagaimana para penyintas telah menemukan cara untuk membuat makanan manis, “Oh, para penyintas membuatnya dari tanaman tebu yang mereka tanam di suatu level lalu memberinya jus buah-buahan, yah keduanya sama-sama hasil perkebunan buatan para penyintas.”
Dari perkataan James bisa dilihat bahwa Backrooms benar-benar masih memberi umat manusia kesempatan untuk bertahan hidup lebih lama, mereka sampai berhasil untuk membuat perkebunan dari berbagai jenis tanaman yang mereka temukan di dalam Backrooms.
Ini tentunya merupakan sebuah kemajuan bukan? Di mana mereka mulai menangani masalah pangan yang merupakan masalah utama dalam bertahan hidup di Backrooms. Tidak ada sumber pangan maka hanya akan ada masalah kelaparan, tentunya semua orang akan mencoba segala cara untuk memenuhi perut mereka.
Namun, dari mana mereka bisa menemukan semua bibit itu? Itu sederhana, eksplorasi tanpa batas. Menjelajah di dalam Backrooms itu seperti berburu sebuah harta karun, tidak ada yang tahu akan apa yang bisa si penyintas temukan jika mereka menjelajah sangat dalam ke dalam belantara Backrooms yang sangat luas.
Jika dirimu beruntung maka kamu akan menemukan harta karun tersebut, tetapi jika tidak, kamu hanya akan menemukan penderitaan saja. Mereka yang telah menantang nasib dan berakhir baik berhasil membawa pulang sesuatu yang mengejutkan ke rumahnya seperti bibit tanaman.
Ah ya, tanaman, mereka juga tidak luput dari jebakan Backrooms. Mereka juga terikat faktor keberuntungan terutama ketika mereka hendak mencari tempat untuk tumbuh. Jika keberuntungan berada di pihak mereka, maka mereka dapat menemukan level dengan tanah yang subur sebagai rumah baru mereka.
Ekosistem dan simbiosis kemudian akan muncul setelahnya dan berjalan seperti layaknya di Bumi, contohnya ketika bagaimana manusia menemukan mereka lalu mulai membudidayakan mereka. Siapa pun pasti akan merasa senang ketika mengetahui ada lokasi di mana ada banyak tanaman buah-buahan tumbuh dengan subur.
Bahkan festival panen akan diadakan oleh para penyintas untuk mengekspresikan kebahagiaan tersebut. Ketika orang-orang berpikir akan mustahil untuk menikmati buah-buahan Bumi yang mereka sukai di Backrooms, ternyata Backrooms dengan murah hati mengubah pemikiran tersebut.
Tetapi, Shinael tidak merasa senang, ia ingin sekali melihat perkebunan itu dengan mata kepalanya sendiri. Konsep perkebunan dari tanaman-tanaman pangan menaikkan minatnya untuk melihat dunia luar, namun masalahnya, ia tidak bisa melakukannya. Siapa yang mau menerima entitas predator seperti dirinya di luar sana?
“Ngomong-ngomong, aku punya hal lain di dalam tasku seperti benda-benda dari luar levelmu,” ucap James sambil menunjuk tasnya dengan jempolnya.
“Benarkah?” tanya Shinael, ia memang dikenal menyukai berbagai hal yang berasal dari berbagai dunia di luar level rumahnya, bahkan hal kecil sekali pun.
“Kau benar-benar ya, James,” ucap Carolyne sambil menyipitkan matanya, ia tambah cemberut karena kali ini lagi-lagi ia tidak mendapatkan apa pun.
“Bilang saja kau juga ingin hadiah bukan?” sindir Arthur padanya.
“Apa katamu?! Tidak!” emosi Carolyne seketika terpicu, tetapi Arthur tersenyum puas setelah mengetahui responnya Carolyne karena itu menunjukkan ia memang ingin diberikan sesuatu pula.
“Hm, teman-teman? Kenapa kita tidak langsung menuju ke kantornya saja?” tanya Harold yang sudah merasa puas dengan interaksi rekan-rekannya sejauh ini.
“Yah boleh saja, tetapi aku yakin kalian semua masih merasa lelah karena perjalanan menuju kemari, bukan? Jadi mari beristirahat sebentar dahulu sebelum lanjut,” ucap James sambil menurunkan tasnya, Shinael mendekatinya lalu memasukkan kepalanya ke dalamnya karena penasaran dengan isinya.
“Memang benar sih, rasanya seperti berjalan tanpa akhir karena jaraknya jauh sekali, padahal aku sedang ada proyek pribadi setelah memenuhi pesanan klienku” keluh Harold.
Ia menambahkan kalau ia baru saja menyelesaikan pesanan lusinan senjata pertahanan diri yang dipesan oleh sekelompok penyintas, itu adalah kegiatan yang melelahkan dan kini ia harus memenuhi permintaan lainnya tanpa sempat beristirahat.
“Aku setuju, aku sedang berada di level yang jauh dari sini dan sedang sibuk dengan penelitianku. Lalu kemudian aku mendapat undangan kemari, entah mengapa aku sulit menolaknya. Aduh!” ucap Carolyne dengan nada kesal.
Ia juga turut menambahkan kalau ia sedang melakukan penelitian tentang tanaman asli dari Backrooms yang dipercaya mampu digunakan sebagai obat-obatan. Ini juga ditambah ketika semua tanaman itu ternyata belum ada di dalam katalog tanaman obat miliknya sehingga ia merasa kesal kenapa ia malah memenuhi permintaan penjelajahan ini?
“Hei, jadi obatmu itu sebenarnya sudah lama dibuat tetapi tidak pernah diuji cobakan? Lalu dengan sengaja menggunakan momen ini untuk mengujinya?” tanya Arthur dan itu direspon dengan sinis oleh Carolyne.
“Sepertinya aku benar. Aku memang tidak menyukai sifatmu tetapi kejadianku cukup serupa denganmu. Pada kasusku, ada beberapa entri level baru yang harus kuselesaikan tapi malah kutinggalkan,” sambung Arthur.
Entri baru berarti artikel baru, dan itu juga berarti kalau ada laporan baru dari para penyintas yang tiba padanya. Sebagai seorang arsiparis, hal itu merupakan sebuah pekerjaan baginya. Ia menambahkan kalau ia memenuhi permintaan ini karena masih berhubungan dengan pekerjaannya bukan seperti pada kasus Carolyne.
James kemudian angkat bicara setelah memberi Shinael sebuah roti, “Yah gimana ya, bisa dibilang aku juga cukup sibuk dengan misiku dalam mencari informasi dari seorang OI yang sedang naik daun akhir-akhir ini. Dan aku merasa tidak seharusnya menolak undangan ini karena ini masih berhubungan dengan pekerjaanku.”
Arthur bisa memahami apa yang dirasakan oleh James ditambah mereka berdua memenuhi undangan ini karena masih berhubungan dengan pekerjaan mereka. Jikalau mereka dapat mengerjakan dua hal sekaligus, kenapa tidak?
Arthur kemudian menambahkan, “Ah benar juga, ada banyak kejadian yang ramai menjadi perbincangan akhir-akhir ini seperti OI yang kau sebutkan itu. Selain itu tim kami kewalahan dalam mengurus segala informasi dari berbagai kejadian aneh yang entah bagaimana mulai sering muncul belakangan ini.”
Carolyne dan Harold setuju, akhir-akhir ada banyak informasi tentang kejadian-kejadian aneh dari berbagai penjuru Backrooms yang tiba pada mereka. Biasanya tidak seperti ini seingat mereka, mungkin ada sesuatu yang sedang terjadi di luar pengetahuan mereka?
Bahkan informasi-informasi itu entah bagaimana diketahui oleh mereka berdua yang padahal selalu fokus dan cukup tertutup tentang apa yang ada di luar pekerjaan mereka.
“Sepertinya kalian semua dipanggil ketika kalian sedang sibuk?” tanya Shinael yang mulai memasukkan roti berukuran besar yang ia temukan di dalam tas James ke dalam mulutnya.
“Benar!” jawab mereka berempat dengan serentak, itu mengejutkan Shinael yang sedang mengunyah roti yang ada di mulutnya, kejutan itu membuat roti tersebut terlepas dari rahangnya yang entah bagaimana melebar lebih besar dari rahang anak-anak normal.
Dengan sedikit menundukkan wajahnya, ia mulai meminta maaf, “Um, maaf kalau kalian direpotkan oleh orang-orang itu. Itu di luar kuasaku.”
James terkejut dengan responnya Shinael, “Ah tidak apa-apa! Itu tidak masalah!”
Yang lainnya juga melontarkan ucapan yang sama, mereka menekankan bahwa mereka sebenarnya tidak masalah akan hal ini.
“Sungguh?” tanya Shinael. Para penyintas manusia itu kemudian mengangguk.
“Ah baiklah. Lagi pula kalian sudah tahu tentang level rumahku, kan?”
Mereka berempat berpikir dengan ekspresi ragu ketika ditanya oleh Shinael, gestur itu membuat Shinael menjadi bertanya-tanya di dalam pikirannya karena ini bisa berarti antara mereka tahu dengan tidak tahu.
Harold kemudian mengangkat tangannya, “Kalau aku tidak tahu banyak soal level dan entitasmu, sungguh. Yang ku tahu adalah level ini berbahaya karena entitasnya cukup licik dan ganas, sisanya adalah tempat ini banyak barang-barang materialnya.”
“Hmmm.” Shinael menaruh jarinya pada dagunya, apa yang dikatakan oleh Harold memang tidak salah sih.
Carolyne kini turut berbicara, “Aku hanya tahu tentang spesiesmu saja. Aku bahkan punya buku tentang kalian dan itu sangat menarik perhatianku, bisa dibilang aku sangat tertarik sekali dengan kalian. Um … mungkin selain itu soal betapa berbahayanya nih level? Selain dari dua hal itu aku tidak tahu apa pun.”
“Aku paham akan hal itu, dahulu ada banyak orang yang mencoba meneliti kami walau pada akhirnya mereka tidak banyak mempelajari apa pun,” balas Shinael dengan melontarkan senyuman yang menyindir.
“Yah, buku yang kubaca memang tidak memuaskan sih. Walau demikian aku masih bisa memahami beberapa,” ucap Carolyne dengan nada tidak senang.
Kini giliran Arthur yang berbicara, “Kalau diriku agak berbeda. Aku tahu tentang level dan entitas di dalamnya, namun aku tidak tahu tentang berita-berita yang berputar di sekitarnya.”
“Ah …” Shinael tidak merasa puas, ia kemudian berkata, “… kukira kamu akan tahu banyak soal level rumahku.”
Arthur tertawa pelan, “Haha. Shina, ketahuilah bahwa penyebaran informasi tidak segampang itu di Backrooms. Jadi, tidak heran jika ada yang tidak tahu banyak soal level rumahmu.”
“Iya sih,” jawab Shinael.
Penyebaran informasi memang tidaklah gampang di Backrooms, belum lagi jika ada yang mencoba memanipulasinya atau informasi itu tidak menyebar dengan benar. Tidak heran jika ada beberapa orang yang tidak tahu banyak soal level, entitas, dan berita-berita yang berputar di sekitarnya karena kendala penyebaran informasi tersebut.
Justru orang-orang seperti Arthur lah yang akan direpotkan untuk memilah dan memastikan semua informasi yang ada. Namun, tidak semua informasi akan mereka urus karena keterbatasan tenaga yang tidak sebanding dengan jumlah informasi yang mereka terima.
Sehingga tidak heran jika berita soal level rumahnya Shinael tidak terlalu diketahui oleh mereka karena berita itu pasti sudah tenggelam di dalam tumpukan berita lainnya. Dampaknya tentu akan berpengaruh ke orang banyak pula nantinya, terutama kepada para penyintas mengandalkan para arsiparis seperti Arthur sebagai sumber informasi utama mereka.
Tetapi, bagaimana dengan James?
“Kalau aku sih … sebenarnya aku sudah mendengar soal levelmu, Shina. Dan bagaimana ketika level ini mendatangkan begitu banyak bencana hingga akhirnya ditutup.” James memberi ekspresi khawatir kepada mereka, sepertinya hanya dia yang cukup tahu banyak soal tempat ini.
“Ah begitu! Itu artinya kau sudah tahu soal tingkat kematian di sini, bukan? Kalau begitu aku tidak akan bertanya apa pun lagi, hehe.”
Shinael memberi respon yang mereka rasa agak aneh karena ia mengucapkannya dengan nada santai. Kenapa Shinael seperti tidak peduli jika James sudah mengetahui tentang bencana yang terjadi di level rumahnya? Kenapa ia malah menekankan bagian tingkat kematiannya?
Lorong itu seketika terasa seperti memanjang dengan sendirinya, perasaan yang seperti mencekik kerongkongan mereka dapat dirasakan, sedangkan Shinael malah berjalan dengan langkah ringan ke dalam lorong yang seperti hendak menelan mereka itu. Ia seperti tidak merasakan apa pun, atau ia sebenarnya merasakannya namun menggubrisnya?
Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa level ini memberi tekanan psikis kepada siapa pun yang masuk ke dalamnya? Seingat mereka itu tidak ada di dalam informasi tentang level, atau mungkin hanya perasaan mereka saja? Belum lagi respons Shinael yang barusan, ia menekankan bagian tingkat kematian, apa yang Manstria kecil itu coba sampaikan kepada mereka?
“Hei! Apa lagi yang kalian tunggu? Ayo kita langsung ke kantor pertama saja, ada banyak kursi untuk diduduki di sana!” ajak Shinael kepada mereka berempat.
Mereka berempat kemudian mengangguk dan mulai melangkah mengikuti Shinael yang sudah berjalan lebih dahulu, ada firasat aneh yang berputar di sekitar Manstria kecil itu, seolah-olah mereka harus waspada padanya.
Lorong itu kembali ke kondisi normal dan semua perasaan aneh itu mulai berkurang ketika mereka berada dekat dengan Shinael, mungkin mereka merasa aman jika berada di dekat Manstria itu. Rasanya seperti berada di hadapan sebuah lentera yang sedang menyala di dalam kegelapan, yang menerangi tempat mengerikan dengan cahaya lembutnya.
Shinael telah menjadi sosok pemandu sejak level ini dibuka untuk umum beberapa bulan yang lalu, ia telah menghafal semua jalur utama dan alternatifnya seperti ada sebuah peta di dalam otaknya. Tidak aneh jika ia disamakan sebagai sebuah lentera yang memandu seseorang di dalam kegelapan malam, bukan?
Selain itu ada banyak sekali cerita seputar Alvus—level rumahnya Shinael—baik yang buruk maupun yang tidak. Level ini awalnya penuh dengan cerita baik yang kemudian berubah menjadi cerita buruk dalam hitungan bulan—walau persepsi berbeda dirasakan oleh Shinael dan Rizu.
Namun tidak semua cerita itu menyebar dengan benar ke banyak tempat, bahkan ada yang benar-benar tidak tahu akan betapa tingginya tingkat kematian di dalam level ini. Selain itu, karena kurangnya cerita tersebut terbentuklah banyak hal yang tidak dapat terjawab.
Mengapa para Manstria tiba-tiba mampu berubah menjadi cerdas begitu saja? Bagaimana mungkin mereka tiba-tiba bisa memahami bahasa manusia maupun menggunakan peralatan mereka? Apakah jangan-jangan ada yang mengajari mereka?
Kurangnya informasi yang lengkap dan mereka yang memilahnya membuat keberadaan semua informasi itu dipenuhi oleh konspirasi. Ah konspirasi, Alvus memiliki banyak sekali konspirasi yang berputar di sekitarnya yang sayangnya berakhir menjadi informasi palsu karena semuanya tidak pernah terbukti.
Semuanya seperti sebuah sandiwara di atas panggung, seperti sebuah tirai sengaja dibentangkan untuk menyembunyikan suatu fakta. Yah begitulah jika dirimu tinggal di Backrooms, jangan mudah untuk percaya begitu saja.