Eden: Sudah selesai mendengarkan rekamannya? Panjang yah. Baiklah, sepertinya sudah saatnya bagi saya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Anda. Anda tau, sudah lama sekali saya tidak mengobrol dari jenis Anda. Berikan semua pertanyaan Anda, akan saya menjawab sepengetahuan saya.
Rizu: Tidak perlu terlalu formal denganku, santai saja, aku hanya orang petugas senior yang biasa-biasa saja di sini. Para penyintas lain mungkin menghormatiku, tetapi pada dasarnya aku tidak jauh berbeda dari manusia pada umumnya.
Eden: Ah baiklah kalau begitu, kau benar-benar rendah hati. Hm, jadi ada yang mau ditanyakan?
Rizu: Jujur saja, saat ini aku ingin tahu tentang Shina terlebih dahulu.
Eden: Sudah kuduga. Tenang saja, Shina pasti baik-baik saja. Aku bisa melihat dari wajahmu bahwa kamu sangat-sangat merindukannya. Hm, gerbang itu akan mengantarkan seseorang secara acak dan sepertinya aku cukup beruntung bisa langsung dikirim ke level yang terhubung ke Level 11-ID, aku tidak tahu kemana ia dikirim tetapi ia pasti akan baik-baik saja. Menurutku Shina itu sanggup melindungi dirinya sendiri karena selama ini ia telah begitu lama berjuang untuk bertahan hidup, bukan? Apalagi aku sudah mengajarinya bagaimana menjadi Manstria sungguhan sehingga ilmu penyintas manusia dan ilmu Manstria yang ada di dalam ingatannya pasti akan membuat kemungkinan ia bertahan hidup menjadi sangat besar.
Rizu: Bagitu yah, syukurlah kamu sudah mengajarinya. Aku memang khawatir padanya, selama ini ia hidup sebagai manusia dan selalu tidak jauh dariku.
Eden: Haha tenang saja, aku tidak masalah akan hal itu. Ah begini saja, bagaimana kalau aku memperkenalkan diriku sekali lagi? Supaya kita lebih akrab?
Rizu: Baiklah, silahkan.
Eden: Aku menamai diriku Eden. Aku dari ras Manstria, uh … begitu kalian menyebut kami kan? Dan aku menjadi penjaga gerbang itu setelah insiden itu terjadi. Semenjak kejadian itu aku sudah berulang kali keluar masuk level untuk mempelajari tentang kalian dan karena itulah aku mampu berbicara dalam bahasa kalian.
Rizu: Baiklah, sekarang giliranku, aku biasa dipanggil Rizu oleh orang-orang di sini dan aku adalah salah satu petugas di sini. Aku juga yang telah membesarkan Shinael.
Eden: Ah jadi kau orangnya ya.
Rizu: Kenapa? Apa Shina menceritakan tentang diriku?
Eden: Yah begitulah, dia bercerita banyak tentangmu. Dan sejujurnya, sangat disayangkan sekali karena jenismu berinteraksi dengan jenisku tau.
Rizu: Maksudmu? Bisa tolong jelaskan?
Eden: Ras ku, Manstria, merupakan ras yang cepat belajar. Kamu pasti sudah tahu itu kan? Memang yang ada dipikiran kami hanyalah makanan sih. Lalu Alvus tempatku berasal telah terlempar ke level lain dan kau tau apa? Kami berevolusi. Jenisku sangat cepat mempelajari hal baru, bahkan kami telah berevolusi sampai ke titik di mana kami pasti bisa mengakibatkan masalah besar di dunia yang disebut Backrooms ini.
Rizu: Yah aku sudah tahu ternyata kalian sudah menyebar kesana kemari. Tetapi, hubungannya dengan diriku?
Eden: Kau menemukan akses menuju level itu, yah tidak masalah sih kalau kau membesarkan Shina. Tetapi, yang membuatku agak tidak menyukaimu adalah kau membawa manusia lainnya kedalam sana.
Rizu: ….
Eden: …, tidak perlu merasa bersalah, aku sudah tahu dari Shina kalau keadaan menjadi sangat buruk setelahnya. Korban di mana-mana bukan? Aku bisa menyatakan kalau yang salah adalah rasmu, sudah jelas tempat itu berbahaya tapi masih didatangi bukan? Kamu hanya penemu dan menunjukkan kalau tempat itu berbahaya, aku memang agak kurang senang ketika kamu mengajak manusia lainnya untuk masuk, tetapi, memang yang salah adalah mereka yang mencoba untuk mengambil alih tempat itu dan mengabaikan dirimu. Singkatnya, aku tidak membencimu sepenuhnya.
Rizu: … Yah. Terima kasih.
Eden: Ah iya. Jenismu itu, manusia, adalah jenis yang menarik. Kami para manstria menganggap kalian sebagai … guru? Dengan belajar dari kalian, kami bisa berevolusi dengan cepat. Aku yakin para Manstria lain yang ada di dalam sana sudah mulai berkembang setelah berinteraksi dengan kalian.
Rizu: Tetapi, apakah cara belajar kalian termasuk membunuh kami?
Eden: Ya. Jangan lupa kalau sebelumnya aku menyebutkan isi pikiran kami hanyalah makanan. Aku bisa saja menerkammu saat ini tetapi maaf saja, aku masih punya kontrol diri tahu.
Rizu: Kontrol diri?
Eden: Bagaimanapun kau membesarkannya, Manstria adalah mesin pembunuh, termasuk Shina. Tetapi aku senang Shina memiliki kontrol diri yang baik. Kontrol diri menyebabkan Manstria itu dapat mengontrol sikap dan pikirannya sesuai dengan keadaan, untuk Shina, dia membuat dirinya untuk tidak menjadi buas dan menyerang manusia. Aku tidak tahu metode apa yang ia lakukan untuk mengontrol amarahnya, tetapi aku yakin kamu lah yang mengajarinya. Singkatnya, kontrol diri lah yang membuat Manstria itu menjadi manusiawi.
Rizu: Baik, kalau begitu, bagaimana dengan Manstria yang telah keluar dari gerbang itu? Apakah mereka telah berubah menjadi lebih manusiawi sepertimu juga?
Eden: Benar, terakhir kali aku keluar dari gerbang itu aku mendapatkan informasi kalau Manstria telah berbaur dengan komunitas manusia di banyak level. Dengan berbaur dengan manusia, mereka dengan mudah mempelajari apa itu kontrol diri dan akibatnya mereka dapat menyebar dengan mudah ke berbagai level lainnya dan membentuk komunitas mereka sendiri. Aku merasa kalau saat ini sudah ada Alvus lainnya di level-level yang berbeda.
Rizu: ….
Eden: Tidak perlu khawatir, kami tidak akan menyerang manusia seperti dahulu lagi. Kami menghormati kalian karena kalian telah membuat kami berubah dari sebelumnya, lebih manusiawi. Kalian membuat kami memiliki kontrol diri dan itu membuat kami tidak sebuas yang kau pikirkan.
Rizu: Ah, begitu ya. Untuk sesaat aku merasa khawatir.
Eden: Haha, tenang saja. Aku akan membantumu dalam menemukan Shina, dengan memanfaatkan statusku sebagai Ratu dari semua Alvus di Backrooms, aku bisa memerintah mereka semua untuk melacak keberadaan Shina.
Rizu: Benarkah? Kalau begitu aku mohon dengan sangat akan bantuanmu itu.
Eden: Kau benar-benar sangat sayang dengannya ya. Akan kulakukan, lagi pula aku juga hendak melacak satu individu lagi yang membuatku khawatir.
Rizu: Kenapa begitu?
Eden: … Ketika aku sampai di sini dan melihat surat kabar di tong sampah, aku melihat berita tentang "sosok" itu.
Rizu: Boleh jelaskan sosok itu siapa? Aku tidak tahu masih ada sesuatu yang membuatmu menjadi khawatir, untuk sesaat kupikir kau itu predator puncak.
Eden: Haha, predator puncak ya? Sosok itu adalah pemburu semua jenis entitas. Sosok itu dikenal sadis dan tak kenal ampun, sosok itu juga suka menyerang entitas apa pun tanpa basa-basi walau dari informasi yang kudapat sosok itu lebih suka menyerang Manstria. Aku cukup terkejut karena sosok itu tidak menganggap kalian sebagai musuhnya. Kalau tidak salah namanya adalah … Sera.
Rizu: Sebentar, entah mengapa aku merasa familiar dengan nama itu. Aku merasa kalau aku pernah bertemu dengan dirinya sebelumnya. Aku tidak menyangka kalau buruannya adalah semua entitas kecuali manusia, tetapi kenapa? Manstria yang telah menjadi manusiawi terdengar ramah menurutku dan seharusnya tidak menjadi target bukan?
Eden: Manstria itu adalah mesin pembunuh. Kami memakan manusia dan entitas lainnya, yah walau kami telah berevolusi menjadi pemakan segala seperti kalian. Tetapi, Sera memburu kami karena … aku tidak yakin apa alasannya. Menurutku, dia menganggap kalau Manstria tidak boleh ada di seluruh level di dunia ini selain di level di mana kami ditahan yaitu Level 29-ID. Bukan hanya itu saja, dia kuatnya tidak masuk akal, sampai sekarang Manstria mana pun yang bertemu dengannya pasti tewas.
Rizu: Sebentar, jadi ada yang lebih kuat dari kalian dan sedang berkeliaran di luar sana? Dan juga, dia akan membunuh semua Manstria walau Manstria itu tidak berbahaya?
Eden: Ya dan ya termasuk Shina.
Rizu: … Oh tidak.
Eden: Aku tidak tahu Sera ada di mana dan begitu pula dengan Shina, semoga saja mereka tidak bertemu iya kan? Kalau bertemu ya … haha. Sera itu juga sulit ditebak pergerakannya, apalagi aku baru tiba di level ini. Aku butuh beberapa hari untuk mendapatkan informasi dari komunitas Manstria lainnya dan belum tentu juga mereka mengetahui tentang keberadaan Sera. Aku mungkin seorang Ratu, tetapi jika berurusan dengan Sera, aku sangat kesulitan untuk mengobservasi pergerakannya dan belum tentu juga aku bisa menang melawannya. Mungkin aku akan memilih kabur sih.
Rizu: Aku ingin berkerja sama denganmu untuk melacak Sera dan Shina, apakah itu tidak masalah?
Eden: Yah karena tujuan kita pada dasarnya sama ya tidak masalah. Aku akan menggerakkan seluruh komunitas Manstria untuk misi pencarian mereka berdua.
Rizu: Terima kasih, aku akan meberitahukan hal ini kepada anggota SPB yang lain, mereka pasti mau menerimanya.
Eden: Hm, aku berharap Shina tidak salah paham kalau tiba-tiba ada beberapa Manstria yang menemui dirinya.
Rizu: Ah soal itu, mungkin sebaiknya anggotamu diberi tahu kalau Shina bisa menyerang sesama Manstria.
Eden: Haha aku sudah tahu akan hal itu, aku akan mencoba sebaikku untuk mengarahkan para anggotaku untuk menemukan Shina dan tidak membuat Shina mengira ia adalah buronan.
Rizu: Yah, anak itu sebenarnya anak yang baik, jika kalian mengancam mungkin akan berbeda lagi ceritanya.
Eden: Yeah, sebenarnya aku kepikiran sesuatu sih. Masih ada cara lain. Shina tidak akan salah paham jika aku mengirim manusia bukan Manstria, kan?
Rizu: Bagaimana kamu akan melakukannya? Jika mengirim manusia, aku bisa menghubungi teman-temanku.
Eden: Ah itu tidak perlu, apakah kamu tahu kalau Alvus yang tersebar di Backrooms anggotanya bukan Manstria saja? Bahkan manusia juga ada yang menjadi anggota.
Rizu: Ternyata pengaruh kalian sudah sejauh itu yah.
Eden: Ya bagaimana tidak, mungkin sudah ratusan tahun kami sudah berada di luar dan berbaur dengan kalian tahu. Aku juga rajin membaca informasi terkini tentang Backrooms dari Basis Data Utama yang kalian buat jadi aku tidak ketinggalan informasi walau selalu menjaga gerbang. Ah iya, aku ingin kamu memperbaharui entri Manstria karena itu sangat tidak lengkap.
Rizu: Benar juga, kebetulan kamu adalah Manstria, apalagi kamu adalah Ratu, wawasanmu sudah jelas lebih tinggi dariku.
Eden: (tersipu) Ahahaha.
Eden: Ah iya, aku ada permintaan.
Rizu: Apa itu?
Eden: Aku ingin mengunjungi suatu level selama menunggu informasi tentang Shina dan Sera. Apakah kalian bersedia membantuku? Aku mendapatkan informasi dari anggotaku yang kuletakkan di sana kalau mereka menemukan sesuatu yang mungkin akan menarik untukku, mereka tetap merahasiakannya dan sebagai Ratu sudah sewajarnya aku datang untuk menyelidiki hal apa yang mungkin akan aku sukai menurut anggotaku itu.
Rizu: Ah begitu ya, aku bisa saja menemanimu selagi level itu tidak berbahaya, yah tidak masalah sih.
Eden: Tidak perlu khawatir, Rizu, mungkin kalian sudah menemukan level ini sebelumnya. Sebab ada komunitas kecil manusia yang hidup bersama dengan anggotaku juga.
Rizu: Baiklah kalau begitu, terdengar bagus kalau ada manusianya. Aku akan canggung jika hanya aku sendiri yang manusia di situ.
Eden: Haha tenang saja. Lagipula, hei, kau orangnya santai sekali ya. Ketika yang lain menggigil ketika mendengar langkah kakiku, kau seperti menganggapku setara tahu.
Rizu: Ah maaf jika saya bersikap lancang padamu, Yang Mulia.
Eden: Oi oi kembali ke sifatmu yang sebelumnya, aku tidak suka dihormati seperti itu tahu.
Rizu: … Baiklah.
Eden: Kau dan Shina sama saja, sama-sama selalu bersikap santai dan menganggapku setara. Aku suka itu. Bagaimana kalau aku mengajakmu ke Alvus di Level 11-ID? Kita bisa mulai misi pencarian kita dari sana.
Rizu: Ide bagus! Lebih cepat lebih baik. Aku akan bersiap-siap sekarang.
Eden: … Hei, apa kau kosong malam ini? Aku ingin mengobrol lebih banyak tentangmu dan aku ingin lebih banyak memahami manusia.
Rizu: … Tentu. Aku biasa makan di suatu tempat.
Eden: (slang Manstria), menarik sekali.
Eden: Ah iya, Rizu? Ada sesuatu yang menggangguku, sebenarnya Shina memiliki pertanyaan pribadi denganmu, ini memang tidak sopan tetapi aku juga ingin mengetahui jawabannya.
Rizu: Hm? Tanyakan saja.
Eden: Sebenarnya ada apa di tempat ini? Apa kalian memiliki masalah? Aku akan membantu sesuai kesanggupanku.
Rizu: Maksudmu?
Eden: Shina telah mengirim beberapa pesan kepada kalian tetapi dia tidak mendapat balasan sama sekali. Kalau tidak salah tentang level dan entitas.
Rizu: Pesan? Aku tidak mendapat laporan pesan apa pun.
Eden: Laporan? Memangnya bukan kau yang menerima pesannya Shina?
Rizu: Tidak, bagian penerima pesan telah aku berikan kepada bagian arsiparis ….
Eden: … Huh? Apa arsiparis kalian berisi orang-orang yang tidak pandai memakai komputer? Atau komputer kalian hanya bisa menerima pesan dan tidak bisa membalas pesan? Kenapa tidak ada yang membalas pesan-pesannya Shina? Sungguh, kukira Shina itu bagian dari kalian tetapi kenapa ia diabaikan?
Rizu: Sebentar, itu sangat tidak mungkin, aku perlu bicara dengan orang itu.
Eden: Aku ikut, aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Mereka nenuju ke lokasi yang dimaksud, namun di tengah perjalanan mereka bertemu dengan seorang penyintas—anggota baru.
Penyintas: Pak Rizu, apakah Anda punya waktu sebentar?
Rizu: Uhm, sebenarnya aku punya urusan saat ini, mungkin lain kali.
Penyintas: Maaf pak, ini tentang Level 29-ID dan Entitas 29-ID, saya mendapati bahwa kedua artikel tersebut masih belum diperbaharui di Basis Data Utama padahal sudah ada pembaharuan di terminal milik Arsiparis Troy.
Rizu: ….
Eden: ….
Penyintas: ….
Rizu: Bagaimana kau bisa tahu? Apa dia menunjukkan hal itu padamu?
Penyintas: Itu … sebenarnya saya memasuki ruangannya tanpa izin ….
Rizu: … Lalu kau memeriksa komputernya?
Penyintas: Y-ya. Saya langsung memeriksa tentang level dan entitas itu, tidak ada yang lain. Saya sadar tindakan saya memang tidak sopan dan saya siap diberi sanksi, tetapi melihat semua surel itu membuat saya penasaran dan memutuskan untuk bertanya pada Anda.
Rizu: Baiklah, pelanggaran privasi memang tidak dibenarkan dan kau akan diberi sanksi untuk itu, tetapi saat ini kebetulan aku ingin memeriksa semua surel-surel itu. Jadi terima kasih atas informasinya.
Penyintas: Baik pak.
Rizu: Kembalilah ke tempat di mana kau seharusnya.
Penyintas: Siap!
Penyintas itu kemudian pergi. Rizu dan Eden kemudian pergi menuju lokasi kantornya Troy. Mereka bertiga kemudian bertemu dengan Troy yang baru saja duduk di kursinya.
Troy: Selamat pagi, siang, maupun malam, Pak Rizu! Ada yang bisa kubantu?
Rizu: Aku ingin memeriksa surel dari Shina.
Troy: Ah, soal itu-
Rizu: Aku ingin melihatnya sendiri. Jadi kau berdiri dan menyingkir dari situ. (mendekat ke Troy dengan cepat)
Troy: (sadar Rizu mendekat, ia langsung mencoba menekan tombol pintas hapus semua surel)
Eden: !!!
Troy: (Troy tidak sempat menekan tombol pintas karena tiba-tiba ada tumpahan cairan aneh mengenai papan ketiknya, cairan itu melelehkan papan ketik itu). A-apa yang-
Eden: (tersenyum)
Rizu: (menarik bajunya Troy) Menyingkir!
Rizu kemudian melihat isi kotak masuk itu, ada banyak sekali surel dari Shina dan tidak satu pun dari surel itu yang dilaporkan padanya. Seketika darahnya mendidih ketika melihat surel-surel Shina tidak dibalas sama sekali. Eden kemudian memegang pundaknya Troy, kukunya memanjang, tampaknya sisi Manstrianya mulai keluar.
Troy: Nona, apa yang kau lakukan? Kau menyakitiku! Kau bisa terkena masalah karena menyerang petugas SPB.
Rizu: Petugas? Kau menyebut dirimu petugas?
Eden: (slang Manstria), tampaknya kau perlu diberi pelajaran anak muda.
Troy: ?!
…
..
…
..
…
..
…
..
Troy holmes, selaku penerima surel Shinael kini dicabut dari jabatannya dan dijatuhi sanksi sosial.
Rizu: Bodohnya aku mempercayai dirinya.
Eden: Santai saja, tidak perlu marah begitu.
Rizu: Maaf Eden, sungguh, aku-
Eden: Shhh, ingin aku yang menghukumnya untukmu?
Rizu: Hah? Memangnya apa yang akan kau lakukan? Dan mengapa?
Eden: Pada dasarnya, sesama Manstria akan saling menolong rekannya yang kesusahan. Jika ada yang menyusahkan satu Manstria maka yang lainnya akan menolong. Dalam hal ini, aku akan menolong Shina yang disusahkan oleh Troy dengan cara Manstria.
Rizu: Sebentar, apa kau ingin memakan orang itu?
Eden: Aku? Haha, aku sedang menjaga pola makanku tahu, terlalu banyak makan bisa membuatku terlihat gemuk dan itu tidak bagus untuk Manstria secantik sepertiku, bukan? Jadi aku akan menyeret orang itu ke Alvus yang ada di level ini saja, biarkan Manstria lain yang menentukan hukumannya. Bagaimana?
Rizu: Ada Alvus di level ini?! Di 11-ID?!
Eden: Yup, mau ikut aku ke sana untuk menentukan hukuman ala Manstria kepada orang itu?
Mereka berdua kemudian saling berpandangan selama beberapa detik tanpa mengatakan apa pun.
Rizu: Boleh juga, ayo.