Beberapa jam telah berlalu dan Astra pun bangkit dari tidurnya, hal pertama yang langsung ia raih setelah mendapatkan tidur yang lelap adalah buku catatan tebal yang selalu ia bawa itu. Buku yang telah menjadi bagian dari hidupnya itu memang tidak pernah lepas dari jangkauan tangannya, rasa cintanya terhadap literasi sudah menjadi ciri khas unik yang membedakan dirinya dengan anggota kelompok lainnya.
Ia kemudian memeriksa buku tersebut untuk memeriksa apa yang belum sempat ia sampaikan sebelumnya, ia tahu bahwa ia tertidur di tengah diskusi yang terjadi sebelumnya, karenanya ia pun merasa memiliki kewajiban untuk menyelesaikan apa yang sudah ia tinggalkan. Ia kemudian keluar dari kamar setelah menyadari tidak ada siapa pun selain dirinya di sana, ia langsung menuju lantai terbawah tempat di mana para pengunjung bar berkumpul.
Setelah melihat ke sekitar ia langsung bergerak ke arah sosok yang begitu ia kenal, salah satu anggota kelompoknya juga, Yuna. Manstria itu duduk di sebuah kursi yang berada di samping jendela, ia menatap ke arah luar, tempat di mana hujan tanpa akhir membasahi orang-orang yang terus berlalu lalang di jalanan. Ekornya bergerak dengan pelan, menyapu lantai dengan bulu-bulunya yang halus bak sutra.
Yuna menoleh ke arah Astra yang baru saja hendak mendekatinya, setelah saling melempar senyuman ia langsung menyapanya, “Pagi.”
Astra mengangguk pelan dan duduk di kursi yang berada di hadapan Yuna, dengan meletakkan buku catatannya di atas meja tua itu, ia pun ikut melihat ke arah luar jendela seperti yang Yuna lakukan. Ia melihat hal yang sama, pemandangan abu-abu dari sebuah kota yang mengalami hujan tanpa akhir dan deretan orang-orang yang terus berlalu lalang di jalanan.
“Para pengarsip itu sedang pergi keluar dan ada yang sedang tidur, mungkin mereka akan kembali lagi beberapa jam lagi,” sambung Yuna.
Itu membuat Astra menjadi sedih, mata merahnya kemudian bergerak ke atas langit dan di situlah ia menjadi lebih fokus dan tenang, di sisi lain, Yuna pun kembali menoleh kearah luar untuk melakukan hal yang sama.
“Berapa kali pun kulihat, langit di dunia ini memang tidak membosankan untuk dilihat,” ucap Yuna. Walau ia adalah tipe yang gampang untuk merasa bosan, sepertinya pemandangan dunia penuh air hujan ini berhasil membuang rasa bosan itu.
Bagaimana tidak, pemandangan dari gejolak lautan abu-abu gelap menjadi langit di dunia ini, kepulan awan-awan yang berwarna lebih cerah dapat terlihat terbentuk dari buih-buih ombak yang berhasil melepaskan diri dari entah bagaimana gravitasi berkerja di dunia ini. Tidak heran jika hujan terus menerus untuk turun, sebuah samudra tanpa batas telah menjadi langit!
Astra membentuk sebuah ikon senyuman dengan embun yang ia hasilkan dari hembusan nafasnya pada permukaan jendela yang dingin, pandangannya menjadi lebih sedih, ia baru menyadari jika kedua anggota kelompok lainnya telah pergi keluar bangunan tanpa mengajak dirinya.
Ia berpikir bahwa Yuna pasti diminta untuk tinggal untuk menjaga dirinya, tetapi ia tidak menghiraukan itu. Ia tidak ingin merajuk hanya karena bangun terlambat, ia pun memutuskan untuk melakukan apa yang seharusnya ia perbuat dari tadi.
Astra kemudian membuka buku catatannya, perhatian Yuna pun teralihkan ke arahnya. Astra sangat menekuni perannya sebagai arsiparis dengan sangat baik, bahkan ia akan membuka bukunya tersebut setiap kali ada kesempatan.
“Rajin seperti biasanya, hm?” ucap Yuna untuk mengomentari ketekunan Astra, sedangkan Astra hanya fokus pada dirinya saja.
Mengetahui bahwa Astra telah masuk ke dalam mode fokus, Yuna pun mencari suatu cara untuk memecah perhatian Manstria itu karena ia tidak ingin Astra terlalu sering berinteraksi dengan bukunya saja, ia kemudian melanjutkan ucapannya setelah teringat akan sesuatu.
“Ah tadi ada bocah yang ingin menjadi seorang pengarsip informasi menemuiku, kurasa kau akan suka mengobrol dengannya. Bocah itu ada di meja perkumpulan arsiparis yang biasanya, jelas tidak akan ada siapa pun di sana di waktu segini jadi bagaimana kalau kamu saja yang menemuinya?”
Ucapan Yuna itu berhasil menarik perhatiannya Astra yang sedang asyik dengan bukunya karena ia memang suka untuk berinteraksi dengan sesama pengarsip, terutama dengan sesama anak muda yang bersemangat untuk melihat dunia Backrooms yang luas. Astra langsung menutup bukunya, merapikan kembali alat tulisnya, lalu berdiri untuk memberi gestur membungkuk kepada Yuna.
Astra kemudian pergi meninggalkan Yuna dan itu membuat Yuna menjadi ikut meninggalkan kursinya karena ia enggan membiarkan Manstria muda itu pergi sendirian. Yuna tahu bahwa Astra memiliki ketertarikan yang tinggi di dunia literasi seperti ini sehingga memberitahunya tentang adanya calon pengarsip baru akan membuat Astra tidak akan selalu berinteraksi dengan buku miliknya sendiri saja.
Seorang anak manusia sedang duduk di atas salah satu kursi, dari pakaiannya ia tampaknya ingin menjadikan kegiatan penjelajahan sebagai pekerjaan barunya. Perlengkapan menjelajah standar yang tergantung di tubuhnya serta tas ransel yang biasa digunakan untuk penjelajahan di alam tersandar di samping kursinya.
Tetapi mau ke mana dirinya itu sebenarnya? Karena setiap penyintas penjelajah akan mengenakan pakaian tertentu setiap kali mereka hendak pergi ke wilayah tertentu. Mungkin karena bocah ini masih belum menentukan tujuan penjelajahannya itulah ia mengenakan pakaian standar seperti ini.
Ia tampaknya masih sangat pemula atau baru keluar dari rumahnya, gestur dan raut wajah anak itu tidak terlihat seperti seseorang yang sudah cukup lama berkeliaran di berbagai dunia yang luas di luar sana. Mereka yang sudah pernah menjelajah biasanya dapat terlihat dari wajah mereka yang terlihat tangguh, walau ada dari mereka yang terlihat murung karena entah apa yang mereka temui di tengah perjalanan mereka.
Bocah itu terlihat sedang fokus membaca catatan-catatan yang ditinggalkan oleh para pengarsip di meja bundar tersebut, semua catatan itu memang selalu ditinggalkan dan terbuka untuk dibaca secara publik sehingga ini tempat terbaik untuk mendapatkan informasi dari para penjelajah lainnya.
Memang akan selalu ada para pencuri yang datang untuk membawa kabur catatan-catatan itu demi keuntungannya sendiri, tetapi orang-orang yang tinggal di dalam bangunan ini tidak akan tinggal diam jika ada kejahatan terjadi rumah mereka ini.
Bocah itu diawasi dengan baik oleh salah satu karyawan bar dari jauh, posisi meja para pengarsip memang cukup mudah untuk dilihat dari berbagai sisi sehingga keamanan arsip informasi dapat terjamin karena ada banyak saksi mata. Namun, siapa sangka kalau saat ini akan ada dua individu dari entitas predator turut berada di dalam tempat ini, tidak akan ada yang berani untuk macam-macam, bukan?
Astra kemudian mendekati si bocah sambil mendekap buku miliknya, di dalam kepalanya ia merasa malu dan ragu untuk menyapa bocah manusia tersebut karena ia memang tidak terbiasa untuk berinteraksi dengan orang asing. Yuna kemudian membantunya dengan memanggil bocah tersebut sehingga si bocah berbalik dan melihat ke arah dua sosok wanita yang berdiri di belakangnya.
Pemandangan dari dua wanita dewasa yang cantik membuatnya terpana dan membuatnya kehilangan kata-kata, tetapi Yuna malah menjadikan itu sebagai kesempatan untuk mengganggu bocah itu. “Oh? Tidak pernah melihat wanita-wanita cantik sebelumnya?”
Si bocah manusia itu kemudian tersipu malu dan Astra dengan cepat mendorong Yuna untuk menjauh dari mereka berdua. Yuna kemudian duduk di kursi lainnya dan membiarkan kedua anak muda itu berinteraksi, telinganya mekar bak bunga dan wajahnya terlihat puas.
Astra kemudian duduk di sebelah si bocah manusia itu setelah apa yang dilakukan Yuna, “Um, maaf soal tadi. Namaku Astra, aku dengar kamu ingin menjadi pengarsip juga?” ia kemudian meletakkan bukunya di atas meja dan kali ini sudah tidak merasa canggung lagi.
Bocah itu akhirnya membalas perkenalannya Astra, “Namaku Edwin, ya aku ingin menjadi pengarsip juga. Salam kenal, kak Astra.” mereka berdua pun bersalaman setelahnya dan sudah tidak ada canggung lagi di antara mereka.
Edwin tertarik dengan buku milik Astra karena tebalnya yang seperti ada ribuan halaman di dalamnya, “Sepertinya kak Astra sudah lama menjadi pengarsip, buku milikmu tebal sekali.”
“Um baru beberapa bulan, tetapi kurasa punyaku memang cukup tebal karena ini buku pertamaku,” jawab Astra untuk memberi klarifikasi. Ia kemudian bertanya kepada Edwin, “Kenapa dirimu menjadi pengarsip? Kenapa tidak menjadi penjelajah biasa saja?”
Itu memang pertanyaan yang cukup menarik karena mayoritas penyintas lebih memilih untuk hidup sebagai orang biasa yang tinggal di dalam rumahnya yang aman untuk bisa bertahan hidup selama mungkin. Hanya sedikit dari para penyintas yang keluar dari rumahnya untuk menjadi penjelajah dan hanya sedikit pula dari mereka yang benar-benar fokus menjadi pengarsip karena para penjelajah biasanya akan melakukan berbagai peran secara sekaligus.
Edwin kemudian menjawab, “Karena aku dan teman-temanku ingin berpetualang dan melihat berbagai dunia sehingga kami perlu pengarsip yang akan menjadi penunjuk arah!”
Astra tidak memberi banyak reaksi, itu adalah jawaban yang sangat klise dan sudah ia dengar berulang kali dari banyak penjelajah muda. Ia langsung tahu bahwa Edwin dan teman-temannya pasti sekumpulan anak muda asli dunia ini yang tidak pernah melihat dunia lain sebelumnya, cerita tentang para penjelajah veteran pasti membuat anak-anak ini tertarik untuk menjadi seperti para penjelajah itu juga.
Ia kemudian mengalihkan wajahnya ke arah buku miliknya lalu mengangkat buku tersebut dengan salah satu tangannya, “Akan kubagikan apa yang kutahu, ambil kertas kosong yang tersedia sebanyak yang kamu mau dan salin informasi-informasi penting yang akan aku bagikan.”
Ada sekumpulan jiwa-jiwa polos yang ingin menjelajah di luar sana, sebagai sosok yang lebih senior ia merasa bertanggung jawab untuk membimbing mereka dengan baik sehingga mereka tidak akan celaka nantinya.
“Eh? Langsung diberikan begitu saja? Kukira kak Astra akan meminta sesuatu kepadaku sebagai bayaran.” Edwin terkejut mendengar betapa dermawannya Astra itu.
“Tidak. Aku bukan tipe yang akan melakukan jual beli informasi, aku tidak akan memeras sesama pengarsip entah itu veteran maupun pemula.” ekspresi Astra berubah, raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan terhadap praktik jual beli informasi yang terkadang dilakukan oleh pengarsip lainnya.
Memang akan ada banyak sekali alasan yang akan mereka lontarkan untuk menjawab mengapa mereka menetapkan sebuah tarif hanya untuk membagikan informasi yang mereka miliki. Para orang-orang itu adalah pebisnis yang meresahkan, di dunia di mana informasi adalah hal yang penting dan setara dengan keselamatan nyawa, orang-orang itu malah mencoba meraup untung dari kegiatan ini.
Edwin kemudian berterima kasih setelah mendengar Astra yang mau memberikan informasi miliknya secara percuma, ia pun membuka buku catatannya yang masih tipis dan hanya berisi beberapa informasi umum saja. Astra meminjam buku catatan itu sebentar dan tersenyum melihat isinya, ini mengingatkan dirinya dengan masa lalunya ketika ia masih berupa pengarsip pemula dahulu.
Ia mengembalikan buku catatan milik Edwin dan kemudian kembali membuka buku miliknya, dengan wajah percaya diri ia pun berkata, “Aku punya rekomendasi level yang cocok untuk kalian jelajahi. Asalkan kalian mengikuti panduanku, seharusnya kalian tidak akan menemui bahaya selama di perjalanan kalian.”
Edwin menjadi senang mendengarnya, mendapatkan rekomendasi dari seorang senior tentunya sulit untuk ditolak akibat keterjaminannya. Astra dengan lihai menuliskan deretan kode miliknya pada sebuah kertas kosong dengan pensil, ia mengingat seluruh informasi yang ada di dalam bukunya sehingga ia dapat dengan mudah merekomendasikan sesuatu kepada orang lain.
Setelah menuliskan semua kode itu, Astra kemudian menjelaskan kepada Edwin tentang maksud kode-kode itu lalu menghubungkannya dengan berbagai informasi yang tersebar di dalam buku miliknya. Satu kode mengarah ke sebuah sebuah halaman sehingga kode ini akan membantu siapa pun dalam menemukan informasi yang ia butuhkan di dalam buku miliknya Astra.
Astra memberikan rekomendasi sebuah dunia atau level yang aman dikunjungi serta tidak terlalu rumit untuk diraih, setidaknya para pemula ini harus melewati dua buah level terlebih dahulu untuk bisa tiba di sana. Ia kemudian menunjukkan beberapa halaman tentang level yang harus dijelajahi kepada Edwin untuk disalin serta memberikan beberapa kode lainnya yang berisi tentang objek dan entitas yang harus diketahui oleh para pemula ini.
Sambil memperhatikan Edwin berkerja, Astra berpesan bahwa menjadi arsiparis berarti sama dengan menjadi otak kelompok. Mereka adalah para penyintas yang menjadi pemegang informasi dari berbagai hal, mereka adalah kunci serta penunjuk arah jalan, karenanya peran pengarsip di dalam sebuah kelompok sangat tidak tergantikan.
Edwin harus mampu mengingat banyak informasi serta berinteraksi dengan orang-orang baru, mungkin saja akan ada orang asing yang ingin berinteraksi dengan mereka, atau mungkin sebaliknya. Di tengah perjalanan, mengingat informasi jauh lebih efektif daripada harus membuka buku catatan terlebih dahulu sehingga Edwin harus mampu melakukan ini.
“Para pengarsip adalah orang-orang spesial dan dihormati, namun mereka akan menjadi yang pertama jika terjadi ketidaksesuaian di lapangan. Jadi, berhati-hatilah terhadap ‘ekspektasi dan kenyataan’ karena nyawa menjadi taruhannya,” jelas Astra kepada Edwin.
Di sisi lain, Yuna yang sedang menguping kedua pengarsip itu dari kejauhan merasa kagum kepada Astra karena Manstria muda itu ternyata dapat menjadi berwibawa seperti itu walau sifatnya yang kikuk dan pemalu. Karena merasa bangga, ia memanggil pelayan bar untuk memberikan kedua pengarsip muda itu minuman cokelat panas. Dengan sebuah ide jahat di pikirannya, ia memberitahukan kepada si pelayan bahwa pemimpin grup mereka lah yang akan membayar nantinya.
Dua buah gelas berisi minuman cokelat panas tiba kepada kedua pengarsip itu, Astra kemudian melihat ke arah Yuna yang sedang mengemil cemilan pedas sambil menaikkan jempol ke arahnya. Astra kemudian memicingkan matanya karena Yuna tidak perlu memberikan mereka minuman, tetapi ya sudahlah, sebenarnya cukup jarang melihat Yuna sebaik ini kepada orang asing yang baru ia temui.
Edwin berterima kasih kepada Yuna dan membalasnya dengan gestur “tidak perlu dipikirkan”, bocah itu kemudian memberi komentar bahwa Yuna ternyata sosok yang baik walau Astra tahu kalau Yuna pasti melakukannya hanya untuk memuaskan dirinya saja.
Menyadari bahwa saat ini mereka memiliki segelas minuman, Astra memberi peringatan kepada Edwin untuk berhati-hati terhadap apapun yang dapat merusak buku catatan seperti benda cair sehingga menyimpan buku di dalam penyimpanan kedap air sangat diharuskan.
Edwin mengangguk dan menyatakan bahwa ia memiliki kotak kedap air, tetapi Astra memberitahunya untuk membalut buku daripada menyimpannya di dalam kotak karena ukuran buku akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Astra juga memberi tips-tips lain dalam menjaga buku catatan tersebut seperti layaknya menjaga keselamatan diri sendiri, baginya, buku catatan adalah jiwa dari si pengarsip.
Edwin kagum dengan kecintaan Astra terhadap buku catatan miliknya dan ingin menjadi seperti si pengarsip cantik itu, ia kemudian mengatakan bahwa ia pasti akan membalas budi kepada Astra. Walau Astra sebenarnya tidak ingin, ia kemudian terpikirkan sesuatu supaya ini bisa menjadi sesuatu yang menantang kepada grup pemula ini.
“Kalau begitu, jika kita bertemu lagi entah di mana itu, kuharap kalian memberikanku informasi yang tidak kuketahui sebelumnya,” ucap Astra yang terdengar sangat menantang itu.
“Sepertinya akan sulit karena kak Astra lebih senior dariku dan lebih berpengalaman dalam menjelajah, tetapi akan kucoba!” balas Edwin dengan semangat.
Dan begitulah akhirnya, Edwin selesai menyalin semua informasi yang ia butuhkan dari Astra lalu menghabiskan minumannya. Mereka kemudian mengobrol tentang berbagai hal yang berhubungan dengan penjelajahan dan sebuah tali pertemanan baru kemudian terbentuk di antara mereka.
Yuna merasa senang melihat pemandangan ini karena melihat Astra berinteraksi adalah sesuatu yang hanya terjadi ketika ia bertemu dengan pengarsip lainnya. Tetapi, kenangan tidak menyenangkan tiba pada dirinya karena para penjelajah pemula biasanya mengalami musibah di tengah jalan akibat berbagai hal.
Peringatan Astra untuk waspada terhadap “ekspektasi dan kenyataan” pada dasarnya sudah menjadi peringatan mutlak karena Backrooms tidak selamanya pengasih, bahkan kematian pun tetap dapat terjadi di level-level berstatus aman. Yuna meminum minumannya sambil melirik ke arah Edwin, di dalam pikirannya ia tidak terlalu mengharap banyak kepada si bocah itu.
Sudah ada banyak sekali penjelajah pemula yang menemui Astra dan tidak pernah kembali, Yuna melihat Astra itu masih polos karena menganggap para pemula itu sedang berpetualang di luar sana, tetapi Yuna yakin bahwa para pemula itu tidak akan pernah pulang kembali ke rumah.
Walau demikian, Yuna tahu sekali bahwa Astra itu lebih tangguh dari yang terlihat dan mungkin saja ia telah menyadari tentang menghilangnya para pemula itu.
“Yah, semoga saja kalian berdua bisa bertemu lagi,” gumam Yuna sambil melirik tajam ke arah Edwin.



