Di Bawah Langit Berbintang - Nilai Barang
penilaian: 0+x

Sekelompok orang-orang terlihat berkumpul di salah satu sisi bawah jembatan, tampaknya ada keributan di sana. Shinael dan Guuma berbelok dari menuju gerbang menuju ke arah keramaian tersebut, para penjaga gerbang yang awalnya diam saja kemudian mengikuti mereka karena tampaknya ini masalah serius karena jumlah orang-orang yang menonton semakin bertambah ramai.

Terdapat dua pihak yang sedang berkelahi, yang satu adalah seorang anggota di kelompok niaga ini yang juga seorang penyedia barang, sedangkan pihak lainnya adalah pembeli yang tampaknya adalah penghuni asli dari dunia ini. Dari mendengarkan obrolannya para pengamat, Shinael menyimpulkan bahwa telah terjadi penipuan pada transaksi sebelumnya.

Tetapi yang menjadi fokus di sini adalah sesosok entitas humanoid yang menjadi perwakilan pada transaksi sebelumnya, masalah ini ternyata lebih rumit dari yang kedua Manstria ini duga karena transaksi dilakukan lewat perwakilan bukannya secara langsung. Shinael memfokuskan pandangannya kepada entitas tersebut, sesosok “Lonceng Laut” yang telah diberikan kalung kepemilikan.

Baginya entitas Lonceng Laut ini seharusnya cukup dapat dipercaya karena mereka yang telah dijinakkan sangatlah loyal kepada pemiliknya sehingga tidak mungkin entitas itu akan berbohong. Tetapi ia tidak dapat langsung menyimpulkan begitu saja karena bisa saja si pemilik entitas mengarang skenario palsu untuk menjatuhkan nama si penyedia barang, bukan?

Para penjaga kemudian datang dan menyeret kedua orang yang sedang berkelahi itu ke lokasi lain yang kemudian meninggalkan si Lonceng Laut dengan wajah kebingungan. Para pengamat dibubarkan oleh penjaga-penjaga lainnya sehingga Shinael mengambil kesempatan ini untuk mendekati si entitas yang tengah termenung itu.

Ia bisa melihat bahwa si Lonceng Laut itu dalam keadaan ketakutan dan bingung akan kejadian kali ini, tetapi sepertinya Shinael akan mendekatinya dengan cara yang biasanya saja. “Sepertinya ini masalah rumit hm?” tanya Shinael secara tiba-tiba dari belakang, itu membuat si Lonceng Laut terkejut dan membuatnya meringkuk di tanah sambil memeluk seluruh anggota geraknya sehingga ia menjadi terlihat seperti bola.

“Hei hei, aku sedang tidak ingin memakan makanan laut. Aku cuman ingin bertanya …” lanjut Shinael, kali ini si entitas kemudian keluar dari ringkukannya lalu menghadap ke arah Shinael serta Guuma yang ada di belakangnya.

“Urm … yah … aku tidak mengerti kenapa bisa begini ….” ucap si Lonceng Laut yang masih merasa takut.

“Sebenarnya apa masalahnya?” tanya Shinael.

Si Lonceng Laut kemudian menjelaskan bahwa sebelumnya ia ditugaskan untuk menukarkan beberapa benda untuk memenuhi pesanan majikannya, tetapi si majikan mengatakan bahwa barang-barang yang ia dapatkan tidak sesuai dengan yang ia harapkan. Si majikan mengira bahwa si penyedia barang telah menipu entitas miliknya dan masalah kemudian berlanjut menjadi seperti saat ini.

Shinael penasaran dengan transaksi yang terjadi karena rasanya aneh untuk melakukan penipuan karena dapat berpengaruh ke citra kelompok niaga yang bermukim di sini. Ia kemudian kembali bertanya kepada si Lonceng Laut untuk memberitahukan benda-benda apa saja yang terlibat pada pertukaran sebelumnya. Lalu di situlah sumber masalah yang ditemukan oleh Shinael.

“Jadi, dirimu membutuhkan sebuah alat pemanggang serta arang? Lalu kamu menggunakan benda-benda sederhana yang majikanmu pikir bisa digunakan untuk pertukaran? Dan yang terjadi kemudian kamu pulang dengan tangan hampa sehingga majikanmu menjadi marah?” tanya Shinael untuk memastikan, si Lonceng Laut kemudian mengangguk.

“Saya bingung, biasanya dengan penyedia yang lain kami bisa mendapatkan benda-benda yang sesuai ….” lanjut si Lonceng Laut. Ia juga menambahkan bahwa dengan menukarkan benda-benda sederhana itu ia biasanya juga bisa mendapatkan beberapa benda yang katanya bernilai tinggi.

Shinael mengeluarkan nafas berat sambil memegangi dahinya, ia kemudian menjelaskan soal nilai pertukaran barang dengan menjadikan Guuma sebagai asistennya. Ia menjelaskan bahwa benda-benda yang ditawarkan oleh si entitas memiliki nilai yang rendah sehingga tidak cocok untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai tinggi seperti alat pemanggang yang ia incar. Mungkin si entitas salah mengira bahwa benda A akan selalu bisa digunakan untuk mendapatkan benda B yang padahal tidak juga.

Ditambah setiap kelompok niaga tidak memiliki ketetapan nilai harga yang sama, kelompok niaga tempat mereka berada saat ini adalah kelompok yang berasal dari tempat lain sehingga mereka memiliki ketetapan nilai barang yang berbeda. Karena alasan inilah Shinael hanya melakukan transaksi ke sedikit orang saja; yaitu ke mereka yang ia sudah ketahui ketetapan nilai barangnya seperti si pria lusuh yang sebelumnya.

Si Lonceng Laut tidak bisa berkata-kata, ia tidak menyangka bahwa ternyata melakukan transaksi itu tidak semudah yang ia kira. Selama ini ia hanya mengikuti perintah majikannya saja dan si majikan tampaknya menganggap semua penydia barang itu sama saja. Satu-satunya alasan mengapa majikannya menyuruh dirinya pergi ke kelompok niaga ini adalah karena tempat ini jauh lebih dekat dengan tempat tinggal mereka.

Dengan demikian, Shinael kemudian menyatakan bahwa si majikan adalah pihak yang salah kali ini karena ia tidak memeriksa terlebih dahulu ketetapan nilai barang yang kelompok niaga ini miliki. Hanya karena kelompok ini lebih dekat, bukan berarti kelompok ini akan memiliki aturan yang sama dengan kelompok lain. Ia malah langsung mengirim seorang perwakilan bukannya mendatangi langsung lokasinya.

Kemudian Guuma tiba-tiba menyatakan pendapatnya, “Tunggu. Saya ingin menambahkan lagi. Bawahan seharusnya bersikap kritis dengan menanyakan tentang ketetapan nilai terlebih dahulu lalu memberitahu si atasan akan hal itu. Bukannya langsung mengadu bahwa transaksi tidak bisa dilakukan.”

“Ah, kau benar. Informasi tentang suatu hal yang tidak sesuai dengan apa yang sudah diketahui memang penting sih. Orang baru belum tentu memiliki aturan yang sama dengan orang lama yang biasa kita temui.” Shinael kemudian menoleh kembali ke arah si Lonceng Laut, ia bisa melihat bahwa entitas tersebut merasa bersalah karena ia tidak melakukan seperti yang Guuma katakan.

“Kalau begitu, jangan diulangi lagi,” sambung Shinael sambil menepuk pundak si Lonceng Laut dan si entitas pun mengangguk dengan pelan.

Di sisi lain, Guuma membuang nafas berat, ia menyatakan bahwa ia kecewa dengan si entitas karena telah melakukan kesalahan fatal sehingga pemiliknya terlibat pada perkelahian yang seharusnya bisa saja dihindari. Si Lonceng Laut menundukkan wajahnya dengan sedih, ia bingung harus melakukan apa untuk menebus kesalahannya.

Shinael kemudian mencoba menenangkannya dengan memberitahukan cara untuk mendapatkan barang bernilai tinggi dengan barang-barang sederhana, salah satunya adalah dengan mempelajari kehidupan pribadi si penyedia barang. Dengan menawarkan barang-barang yang sangat dibutuhkan si penyedia barang maka si entitas bisa saja mendapatkan alat pemanggang itu karena si penyedia barang akan memprioritaskan kehidupan pribadinya.

Lalu ia menyatakan kelemahannya yang di mana teknik ini belum tentu akan berhasil karena kebanyakan para penyedia barang memiliki kehidupan yang cukup baik, tidak seperti si pria lusuh yang Shinael dan Guuma temui sebelumnya. Selain itu, teknik ini membutuhkan kemampuan berdebat yang cukup baik karena bisa saja si penyedia barang akan membantah tentang kondisi kehidupannya sehingga kita harus mampu mengalahkan bantahannya.

Taktik lainnya adalah dengan memahami nilai dan potensi dari barang-barang yang dibawa. Ini merupakan taktik yang sebaiknya digunakan untuk bertransaksi secara umum dengan banyak orang. Kumpulan barang-barang sederhana dapat naik nilainya jika mereka dapat digunakan bersamaan, misalnya dapat digunakan untuk menghasilkan benda baru yang juga tidak kalah berguna.

Banyak penyintas yang mendatangi para penyedia barang yang menawarkan sekumpulan barang-barang sederhana yang ternyata dapat dirakit menjadi suatu benda yang dapat digunakan. Biasanya para penyintas yang berprofesi sebagai pengrajin sangat menyukai transaksi seperti ini karena mereka dapat membuat berbagai peralatan—bahkan senjata—hanya dengan mengumpulkan beberapa sampah.

Benda-benda yang telah mereka hasilkan akan menjadi naik nilainya lalu bisa mereka gunakan untuk mendapatkan benda-benda yang jauh lebih mahal dan langka lagi. Tentu saja mereka akan memilah dahulu benda seperti apa yang akan mereka sediakan nanti karena bisa saja apa yang mereka buat akan berujung pada masalah baru.

Karena itu lah, di masa depan nanti, si Lonceng Laut harus membawa beberapa barang yang dapat dikombinasikan sehingga si penyedia barang menjadi tertarik untuk menerimanya. “Tidak ada yang tertarik dengan sekumpulan sampah yang saling tidak berhubungan,” lanjut Shinael.

“Oh iya, setiap barang nilainya bisa naik turun dan si penyedia barang mungkin akan melakukan penyaringan juga,” sambung Guuma.

Shinael mengangguk, terkadang akan ada saja momen di mana si penyedia barang akan menolak barang-barang yang ditawarkan kepadanya. Seorang penyintas tidak dapat memaksakan keinginannya dan kegiatan pertukaran barang seperti ini hanya bisa mengandalkan “keberuntungan ganda”. Kita tidak tahu siapa yang membutuhkan benda-benda yang kita bawa dan kita tidak juga tidak tahu siapa yang memiliki benda-benda yang kita inginkan.

Nilai suatu barang juga bisa saja menurun atas suatu hal yang tidak diduga. Seorang penyintas harus mampu membedakan siapa yang jujur dan siapa yang berbohong, ini karena bisa saja seseorang menaikkan harga sebuah benda sampah dengan melontarkan berbagai alasan. Karena itu lah melakukan riset terlebih dahulu adalah hal penting sebelum mencoba melakukan transaksi dengan seseorang, setidaknya bertanya adalah cara paling mudah untuk mendapatkan informasi ini.

Si Lonceng Laut merasa ia telah belajar banyak kali ini dan segera menyimpan semua informasi itu ke dalam ingatannya, ia merasa bersyukur bisa bertemu dengan dua sosok yang baik sekali untuk mengajarinya secara percuma. Ia tidak terlalu diajari oleh pemiliknya sendiri dan ia juga cukup pemalu, tetapi sekarang ia berkomitmen untuk belajar lebih banyak lagi demi kebaikan pemiliknya.

“Terima kasih! Aku tidak akan mengulangi hal yang sama dan belajar supaya bisa melakukan transaksi dengan benar!” ucap si entitas dengan semangat.

Guuma lalu menambahkan bahwa si Lonceng Laut seharusnya harus lebih berani dan tidak bersikap submisif sepenuhnya, dengan berani memberi masukan kepada si pemilik maka si Lonceng Laut akan bisa menyelamatkan pemiliknya dari masalah yang bisa saja terjadi nantinya.

Si Lonceng Laut seketika seperti diserang secara spiritual karena ia memang submisif kepada pemiliknya. Mendengar sifatnya itu lah yang membuat pemiliknya terkena masalah ia menjadi menyalahkan dirinya dan akan mengubah hal ini sesegera mungkin. Ia akan menjadi lebih independen kali ini, demi dirinya dan pemiliknya.

Setelah berpamitan dengan dua kenalan barunya itu, si Lonceng Laut kemudian pergi menuju ke tempat di mana si pemilik dan si penyedia barang masih berseteru di bawah terpaan hujan yang deras. Tampaknya orang-orang dari pemukiman ini menjadikan dua orang berseteru di atas aspal itu sebagai hiburan bukannya meleraikan mereka.

Orang-orang ini sepertinya membutuhkan hiburan, bahkan para Nirwajah yang sebelumnya tidak di lokasi pun tiba-tiba terlihat ikutan bergabung dengan keramaian itu. Tampaknya perkelahian dua sosok yang berseteru memang sudah lama mereka tunggu sehingga mereka menjadi sangat antusias ketika kejadian ini terjadi.

Si Lonceng Laut yang memang merupakan makhluk kawasan air pun meluncur di atas genangan air di bawah hujan demi bisa bergabung di dalam keributan itu, ia sudah memberanikan diri untuk membantu majikannya yang sudah babak belur akibat dihajar dengan cukup sengit. Dengan menggunakan tentakel bersengat yang ia miliki, ia membuat si penyedia barang itu tersengat dan tidak sadarkan diri setelah menerima dosis racun penenang yang dimiliki si entitas.

Melihat hal itu, Shinael kemudian menarik lengan bajunya Guuma, “Kau tahu, sepertinya ajaranmu tentang menjadi independen membuatnya menjadi lebih kasar. Ayo kita kembali ke penginapan saja.” Wajah Shinael menunjukkan rasa khawatir karena ia tidak menduga bahwa entitas itu malah menyerang manusia.

“Bukan itu yang sebenarnya saya maksud tapi ya sudahlah … tunggu, apa ini tidak apa-apa? Kita tidak akan terlibat, kan?” balas Guuma. Shinael menelan ludah, ia merasa cepat atau lambat mereka berdua akan ditanyai oleh orang-orang ini karena si Lonceng Laut itu sebelumnya menemui mereka berdua lalu menyerang seseorang setelahnya.

Kedua Manstria ini pun pergi keluar dari gerbang dan berjalan di sisi tepi jalanan untuk menghindari tempat pertarungan itu. Ada banyak orang-orang di sana bahkan para penghuni gedung-gedung di sekitar sampai mengeluarkan kepala mereka dari jendela hanya untuk menonton keributan itu. Dengan wajah datar mereka berdua pun bersikap seperti tidak melihat apa pun dan bergerak dengan cepat meninggalkan lokasi.

Di tengah perjalanannya, Shinael menjelaskan kepada Guuma bahwa ia hendak membuat sup sayur malam ini, sayangnya Guuma merasa kecewa karena ia tidak memakan sayuran. Shinael tahu akan hal itu tetapi tetap saja memilih untuk memasak sup sayuran untuk dirinya dan Astra, sedangkan Guuma dan Yuna dapat memburu entitas liar seperti biasanya sebagai makan malam mereka.

Guuma tidak merasa masalah akan rencana itu karena ini sudah menjadi kegiatan rutin mereka, tetapi Guuma merasa kecewa karena ia ingin merasakan masakan daging buatan Shinael lagi. Menjadi entitas predator yang masih memakan daging cukup merepotkan dirinya, ia kesal akan mengapa lidahnya menolak tanaman sebagai makanan.

Walau demikian, setidaknya ia bisa belajar soal pertukaran barang dari Shinael karena ia terkadang mendapatkan beberapa material setelah berburu entitas lainnya. Ia mendapati transaksi pertukaran barang itu sangat menarik karena makhluk-makhluk yang ia buru di alam liar ternyata ada nilainya juga di mata para manusia, terutama material seperti kulit, daging, dan tulang.

Karena itulah ia menjadikan alasan ini untuk tidak belajar memakan sayuran dan memilih untuk tetap berburu entitas liar untuk dimakan dan dipertukarkan materialnya. Ternyata ada saja manusia yang akan mendatanginya untuk menukarkan beberapa benda-benda unik untuk material yang ia miliki, tetapi Guuma tidaklah bodoh, ia tahu apa yang kelompok Manstria-nya butuhkan sehingga ia akan menyaring benda apa saja yang akan ia terima.

Ia tidak akan menerima berbagai hal yang akan ditawarkan kepadanya jika itu bukan yang dibutuhkan oleh kelompoknya. Walau demikian, sikap pemilihnya Guuma ini dapat menjadi masalah karena ia bisa melewatkan benda-benda berharga yang ditawarkan oleh para penyintas karena Guuma masih tidak memahami nilai dari banyak barang.

Pemikiran Guuma kemudian kembali menjadi pudar ketika Shinael kembali memasuki jalanan sempit yang sama dengan jalanan sebelumnya, ia dengan cepat menyusul Shinael dan kali ini ia akan lebih serius dalam mengintimidasi para pengamat yang sebelumnya.

Intimidasi yang ia lakukan berkerja dengan cukup baik karena orang-orang yang sebelumnya menatapi Shinael langsung memalingkan wajahnya, aura menekan yang dipancarkan oleh si pengawal Shinael tersebut kali ini sangat tidak main-main walau ia aslinya tidak memiliki niat menyerang sama sekali.

Di sisi lain, Shinael hanya fokus pada jalanan sambil memikirkan makan malam yang hendak ia masak nantinya. Dengan langkah santai, mereka berdua terus menyusuri jalanan sempit itu menuju tempat penginapan mereka.


Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 License