“Hello bocah-bocah tengil sekalian!” ucap seseorang yang baru saja mendobrak masuk ke dalam kamar penginapan para Manstria itu.
Tidak lain dan tidak bukan ternyata sosok tersebut adalah Luna, Manstria dewasa bertubuh mini yang dikenal sebagai mantan mentor dari kelompok penjelajahannya Shinael. Rambut dan mata jingganya memang sudah menjadi ciri khasnya, tetapi fisiknya yang seperti bocah dari taman kanak-kanak memang jauh lebih berkesan daripada ciri fisik lain yang ia miliki.
Di belakangnya berdiri Solas, sesosok Manstria muda bertubuh jangkung nan beraura dewasa, rambut hijau gelapnya terlihat kontras dengan warna matanya yang merah menyala. Pria itu selalu memberi perasaan tenang dan damai, sangat berkebalikan dengan Luna yang sangat heboh dan ceria.
“Kukira siapa, ternyata cuma Bu Luna,” balas Shinael yang kemudian kembali memotong sayuran yang akan ia masak untuk makan malam nanti, para Manstria lainnya pun turut kembali ke dalam kesibukan mereka masing-masing setelah mengetahui siapa tamu mereka kali ini.
“Cuma?!” Luna menjadi kesal karena ia dianggap tidak sepenting itu oleh Shinael dan kelompoknya, penggunaan kata “cuma” membuat dirinya terkesan seperti karakter sampingan yang bisa diabaikan begitu saja.
“Kalian ini memang sekumpulan bocah-bocah tengil ya. DENGAR! Aku punya informasi penting untuk kalian semua!” ucap Luna, tetapi Shinael dan yang lainnya masih mengabaikannya.
Luna kemudian meminta bantuan Solas, tetapi hanya Solas menunduk untuk membisikkan, “Pintu mereka rusak. Tanggung jawab nanti.” setelah itu ia kembali berdiri tegap seperti tidak ada yang terjadi.
Balasan Solas yang turut tidak mendukung Luna membuat dirinya menjadi cemberut, “Oh astaga, seharusnya aku sadar bahwa ada lima bocah bau mete di sini.”
Luna kemudian menarik nafas dalam dan kembali bersuara, “Baiklah! Sudah cukup! Aku akan langsung ke intinya saja!” ia kemudian membersihkan tenggorakannya, “Ada sebuah sekolah yang baru saja dibentuk oleh para penyintas manusia, siapa di sini yang belum mendapatkan pendidikan formal biar kudaftarin?”
Pertanyaan dari Luna itu kemudian menarik perhatian Shinael dan para Manstria lainnya, secara teknis mereka tidak pernah mengemban pendidikan karena tidak pernah ada yang namanya “sekolah” selama mereka hidup sebagai Manstria. Mereka saling berpandangan untuk memastikan sesuatu, siapa di antara mereka yang pernah bersekolah atau siapa di antara mereka yang belum pernah mendapat pendidikan selama ini?
Shinael kemudian menjawab, “Dahulu aku diajari oleh ayahku sih, ia seorang guru di Bumi jadi secara teknis aku sudah bersekolah … kurasa?”
Yuna turut memberikan jawaban, “Aku dibesarkan sebagai pemimpin komunitas berikutnya, jadi aku sudah mendapatkan pendidikan formal sebagai penerus masa depan komunitas itu dari para anggota komunitas.”
Guuma juga membagikan jawabannya, “Aku mungkin tidak pernah bersekolah atau semacamnya, tetapi aku sudah diajari banyak hal oleh orang tuaku dahulu. Selain itu, aku juga mendapatkan pelajaran dari berbagai pihak di sepanjang perjalananku jadi … kurasa aku sudah cukup berpengetahuan?”
Lalu kini giliran Astra, tetapi dia merasa ragu dan perlu waktu beberapa saat sebelum akhirnya menjawab, “Aku … aku tidak yakin pernah diajari oleh Bu Shina. Yang kuingat dia hanya membawaku berkeliling ke banyak tempat dan memberiku peran sebagai pengarsip begitu saja ….”
Jawaban dari Astra membuat semua Manstria yang ada di ruangan itu langsung menoleh ke arah Shinael dengan tatapan tajam, mereka semua memiliki pemikiran yang sama, “Ibu macam apa dia ini?! Bisa-bisanya ia tidak mengajari anaknya sendiri!”
Menyadari bahwa saat ini dirinya sedang dipojokkan, Shinael kemudian angkat bicara, “Hei! Hei! Astra itu pintar tahu! Aku tidak perlu mengajari apa pun lagi karena ia sudah tahu akan banyak hal!”
Tetapi ucapannya itu membuat para Manstria selain dirinya menjadi semakin intens dalam menatap dirinya, ini kemudian membuat Shinael melontarkan alasan lainnya, “Jika dia dongo, maka dia tidak akan menjadi arsiparis kita kan??”
Kemudian Yuna pun membalas, “Sudahlah, kau memperkerjakan anak kecil untuk urusan yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa sepertimu. Aku sempat berpikir mengapa susunan kelompok ini bisa seperti ini.”
“Bukannya dirimulah yang menolak posisi arsiparis sebelumnya?” bantah Guuma, dan itu membuat Yuna memalingkan wajahnya dengan mengeluarkan suara “hmph!”
“Sudah! Sudah! Aku sudah paham sekarang. Shina, ayo kita bawa Astra ke sekolah, dia harus memiliki pendidikan formal yang sah!” ucap Luna untuk kembali mengambil alih pembicaraan ini.
Shinael tidak merasa masalah akan hal itu karena menurutnya Astra memang lebih baik untuk mendapatkan pendidikan. Di sisi lain, Astra merasa enggan, ia merasa sudah cukup berpengetahuan sehingga merasa ia tidak perlu disekolahkan.
Shinael kemudian menganggap bahwa Astra hanya sedang merasa malu dan tidak mau berpisah dengan kelompoknya saja. Shinael kemudian membujuk Astra dengan sebuah janji akan membuatkannya makanan enak setiap kali Astra pulang sekolah, seketika Astra langsung terbujuk dengan janji sederhana itu. Dengan demikian keputusan sudah bulat, Shinael setuju untuk mengirim Astra ke sekolah bersama Luna.
Pendidikan pada dasarnya masih eksis di dunia ini, tetapi biasanya dalam bentuk pengajaran dari orang tua kepada anaknya atau dari individu ke individu lainnya. Pengetahuan dasar seperti bagaimana melakukan baca-tulis-hitung, mengenali lingkungan, dan bagaimana caranya bertahan hidup, adalah hal-hal yang akan dipelajari oleh anak-anak baik manusia maupun bukan manusia di masa muda mereka.
Keberadaan sumber pengetahuan seperti buku maupun arsip sebenarnya cukup berharga karena mereka hanya berasal dari para individu yang berdedikasi dalam menghabiskan waktunya hanya untuk menumpahkan pengetahuan yang mereka miliki untuk dibagikan kepada individu lainnya.
Karena itulah buku bertipe ensiklopedia maupun arsip pengetahuan dunia seperti buku catatan milik Astra akan memiliki nilai yang cukup tinggi jika digunakan sebagai bahan niaga. Tetapi tentu saja Astra akan sangat marah jika buku kesayangannya dijadikan bahan pertukaran.
Menjadi pengarsip seperti yang dilakukan oleh Astra sebenarnya sudah cukup untuk membuktikan bahwa ia sudah cukup berpengetahuan karena ini bukan pekerjaan yang bisa dilakukan oleh sembarangan orang, bahkan penyintas yang menjadi pengarsip itu tidaklah banyak di seluruh dunia ini. Tetapi Astra akhirnya tidak menolak konsep pergi bersekolah karena ia mendapat alasan baru: mungkin ia akan bisa mendapat sesuatu yang baru, sesuatu yang belum pernah ia ketahui sebelumnya.
Shinael dan Astra mengikuti langkahnya Luna serta Solas yang sedang mengarahkan mereka menuju lokasi sekolah tersebut, dengan mengenakan mantel hujan yang terbuat dari kulit mereka sendiri, mereka berempat menembus derasnya hujan di jalanan yang dipenuhi keramaian itu. Suhu dingin dan derasnya hujan ternyata masih tidak mampu dalam menghentikan siapa pun di dunia ini untuk tetap berpergian, termasuk keempat Manstria ini.
Shinael kemudian bertanya kepada Luna tentang identitas kelompok penyintas yang mengadakan institusi pendidikan ini, tetapi Luna tidak mengetahui banyak tentang mereka selain informasi bahwa mereka mengadakan semua itu secara gratis dan untuk anak-anak. Shinael merasa itu cukup mencurigakan, tetapi ia tidak bisa menuduh kelompok itu begitu saja karena ia perlu bukti.
Tidak semua kelompok penyintas melakukan suatu hal secara gratis, dan kalau mereka menyatakan bahwa mereka melakukan hal itu secara gratis, maka siapa pun wajib untuk waspada. Pengalamannya Shinael sudah cukup untuk mengajarinya untuk tidak percaya kepada seseorang begitu saja, kata-kata manis dari seseorang tidak lebih dari sebuah racun yang digunakan untuk menipu orang-orang tidak berdosa lainnya.
Di sisi lain, Astra merasa waspada terhadap kelompok itu karena kurangnya informasi tentang mereka. Ia memiliki pengalaman yang sama dengan Shinael dan akan mewawancarai orang-orang itu nantinya. Ia merasa bahwa kelompok itu mencurigakan, tetapi membagikan pengetahuan dengan gratis membuat dirinya tidak bisa memusuhi kelompok itu begitu saja karena ia juga mendukung motif seperti ini.
Ia kemudian melirik ke arah Solas yang ada di sebelahnya, ia bisa melihat bahwa Solas tidak terlalu menyukai keinginan Luna untuk membuat si Manstria berpenampilan gagah itu bersekolah. Astra bisa memahami mengapa Solas dikirim ke sekolah, itu karena latar belakang Luna dan Solas yang hidup secara berkelana di tempat-tempat yang cukup terisolasi dari komunitas manusia untuk berburu entitas lainnya sebagai makanan mereka.
Tidak seperti kelompoknya Shinael yang berkelana ke berbagai komunitas manusia sehingga akan ada lebih banyak variasi kegiatan yang dapat mereka lakukan, kelompok kecilnya Luna lebih mementingkan bertahan hidup di alam liar sehingga pendidikan menjadi nomor ke sekian dalam hidup mereka.
Kali ini Luna menemukan sebuah kesempatan untuk membuat Solas menjadi berkembang terutama dalam aspek berinteraksi dengan manusia jika saja hal itu diperlukan. Menurutnya kemampuan membaca, menulis, dan berhitung tentu akan dibutuhkan oleh Solas sedangkan dirinya tidak terlalu pandai dalam mengajari Manstria muda tersebut.
Sebenarnya ia bisa mengajari Solas dengan cepat. Beberapa Manstria dewasa diketahui dapat menurunkan pengetahuan kepada Manstria muda secara instan begitu saja dengan cara menghubungkan diri mereka berdua. Tetapi, Manstria dewasa yang baik akan membiarkan si Manstria muda mendapatkan pengetahuannya sendiri dari alam karena metode itu akan mengembangkan si Manstria muda secara alami dan bermakna karena pengalaman adalah guru terbaik.
Luna ingin menjadi Manstria dewasa yang seperti itu, karena itulah tanpa pikir panjang ia ingin Solas bersekolah walau Solas tidak terlalu menginginkannya. Ia juga merasa aneh dengan Astra yang tidak diajari oleh Shinael karena sudah dianggap “pintar”, ia merasa bahwa Astra mungkin mendapat pengetahuan instan dari orang tua kandungnya, tetapi baginya itu seharusnya bukan alasan untuk menghindari pendidikan sepenuhnya.
Ia merasa bahwa walau Astra sudah pintar sekalipun, si Manstria muda itu tetap harus belajar, setidaknya mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan sesama anak muda lainnya. Luna seketika menjadi tidak nyaman. Ia teringat bahwa ia turut mengisolasi Solas dari anak-anak seusianya, bahkan dari makhluk hidup cerdas lainnya. Ia berharap bahwa Solas dapat berkembang dari sekolah ini nantinya.
Mereka berempat akhirnya tiba di depan sebuah gedung tua yang telah diberi label “medan noclip” pada papan penghalang yang terpasang di pintu masuknya, gedung itu terlihat seperti telah ditinggalkan walau ada beberapa orang membangun tenda tempat tinggal di terasnya yang cukup teduh dari terpaan hujan.
Gedung itu terletak di sebuah jalanan kecil yang terapit deretan gedung-gedung komersial—seperti sedang terjepit oleh gedung-gedung yang lebih besar di sekitarnya. Catnya yang telah mengelupas serta dipenuhi lumut menunjukkan bahwa gedung ini sedang berusaha melawan kondisi alam yang keras baginya, tetapi ia tetap berdiri kokoh walau lingkungan dan gedung-gedung di sekitarnya seperti tidak menginginkan dirinya.
Keempat Manstria itu kemudian menyerap mantel hujan organik yang awalnya membaluti tubuh mereka untuk menjadi kembali menyatu dengan tubuh mereka, menjadi entitas tanpa rupa membuat mereka menjadi sangat praktis dalam menghadapi berbagai kondisi alam dengan leluasa. Mereka kembali menjadi kering walau bagian kaki mereka masih cukup basah.
Lalu sekali lagi, kemampuan mereka dalam mengubah wujud menunjukkan kepraktisan mereka dalam beradaptasi, mereka secara serentak menyerap air yang menempel pada permukaan kaki mereka sehingga seluruh tubuh mereka tidak lagi dalam keadaan basah kuyup akibat hujan.
Beberapa orang asing kemudian muncul dari dalam tenda untuk menyambut para pendatang yang unik ini. Penampakan dari dua orang dewasa, satu remaja, dan satu anak-anak yang baru saja tiba membuat para orang-orang asing ini menjadi antusias.
Salah satu dari mereka kemudian memperkenalkan diri mereka, “Selamat datang di kelompok kami, kami adalah para penggiat pendidikan yang memiliki tujuan membagikan ilmu pengetahuan kepada para generasi penerus kita.”
Ia terus berbicara soal niat baik mereka tentang mengadakan sekolah gratis kepada anak-anak dan bagaimana antusiasnya orang-orang tua di pemukiman ini dalam mengirim anak-anak mereka untuk bersekolah. Orang tersebut kemudian sedikit membungkuk ke hadapan Luna, “Apa adik kecil ini yang akan bersekolah?”
Pertanyaan itu memang menyinggung Luna dan itu membuatnya langsung menyatakan bahwa mereka berempat adalah entitas sehingga penampilan mereka tidak bisa dijadikan patokan usia, para orang-orang ini kemudian terkejut karena belum pernah ada entitas yang tertarik untuk bergabung dengan sekolah buatan mereka sebelumnya.
Diskusi ringan terjadi di antara mereka untuk sesaat dan kemudian kembali bertanya kepada keempat entitas menarik itu, “Jadi yang mana yang akan bersekolah?”
Luna dan Shinael menunjuk ke arah Astra dan Solas, para orang-orang ini menggaruk kepala mereka, siapa sangka bahwa dua orang berbadan besar ini lah “anak-anak” sedangkan yang bertubuh lebih kecil adalah “orang tua”. Mereka bingung dengan cara kerja tubuh para entitas ini, tetapi mereka cukup antusias dengan adanya para sosok bukan manusia yang mau bersekolah sehingga mereka pun bersemangat untuk menerima anak-anak baru ini.
Setelah menerima sebuah kertas dan alat tulis, Astra bersama dengan Solas kemudian menulis nama mereka di kertas formulir pendaftaran. Tulisan Astra yang sangat rapi dan tulisan Solas yang sangat buruk membentuk sebuah kontras di antara mereka berdua—Astra sudah sangat terbiasa untuk menulis sedangkan Solas tidak.
“Astra Anggraini dan … Solas?” ucap salah satu anggota kelompok pengajar itu, ia kesulitan dalam membaca tulisannya Solas, tetapi setidaknya ia merasa yakin bahwa Solas memang masih anak-anak karena kemampuan menulisnya yang cukup buruk. Solas mengangguk, ia merasa lega karena ia mengira bahwa tulisannya tidak akan bisa dibaca sama sekali.
Shinael merasa bangga karena Astra mampu menulis dengan benar sehingga Luna menjadi iri akan hal itu. Menanggapi betapa irinya Luna, Shinael kemudian memanasi perasaan Luna dengan mempertanyakan perannya sebagai orang dewasa, akibatnya mereka berdua pun saling dorong satu sama lain. Para anggota kelompok pengajar yang lain mencoba meleraikan mereka berdua, tetapi tampaknya itu tidak berhasil.
Di sisi lain, para Manstria muda itu tetap fokus dengan kertas formulir mereka. Di baris berikutnya, mereka harus menuliskan nama orang tua mereka juga. Kedua Manstria ini saling berpandangan karena mereka punya satu pemikiran, “Bu Shina dan Bu Luna akan marah jika kita menulis nama mereka sebagai orang tua kita, mereka tidak pernah mengakui kita sebagai anak mereka walau mereka bersikap layaknya orang tua kita.”
Luna dan Shinael sama-sama tidak menganggap diri mereka sebagai orang tua hanya karena mereka mengadopsi kedua Manstria muda itu sejak lama sekali. Walau demikian, kedua Manstria muda itu langsung mengangguk bersama dan tetap menulis nama kedua Manstria yang sudah merawat mereka yaitu Luna dan Shinael.
Mereka tidak takut dengan omelan kedua Manstria dewasa itu nantinya, mereka tetap akan menuliskan nama kedua Manstria dewasa yang suka menggurutu itu sebagai orang tua mereka.
“Shinael Nurahmi dan … Luna?” ucap salah satu anggota kelompok pengajar itu, Solas kembali merasa lega karena tulisannya kali ini masih bisa dibaca.
Mereka berdua kemudian lanjut mengisi formulir tersebut termasuk usia mereka, si anggota kelompok pengajar itu terkejut ketika mengetahui usia kedua entitas ini, siapa sangka bahwa mereka berdua ternyata lebih muda dari balita manusia?
Walau menemui beragam tantangan, setidaknya Solas berhasil menyelesaikan formulir miliknya walau Astra telah selesai sedari tadi. Entah mengapa ia merasa bahwa Astra akan menjadi rival barunya dan ia akan serius belajar supaya Luna bangga kepadanya. Kedua Manstria ini pun diajak untuk melakukan noclip ke dalam gedung karena lokasi belajarnya berada di tempat yang sepenuhnya berbeda.
Mereka berdua tidak memperdulikan Shinael dan Luna yang kini saling dorong-dorongan di bawah hujan dan sudah ditonton oleh banyak orang yang penasaran. Tampaknya pemandangan dari seorang remaja sedang memutar-mutar anak kecil di udara adalah sebuah kejadian yang “kami tidak memintanya tetapi kami juga tidak menolaknya”.



