Di Bawah Langit Berbintang - Pertukaran
penilaian: 0+x

Di tengah jalan kecil yang dipenuhi oleh sekumpulan orang-orang yang membangun tenda sederhana di kedua sisinya, di tengah jepitan bangunan-bangunan besar itu telah terbentuk deretan pemukiman sederhana dari para Penyintas yang memilih jalanan sempit sempit ini sebagai tempat tinggal mereka. Dua sosok Manstria terlihat sedang berjalan di tengahnya.

Lantai konkrit dan tembok beton yang dingin tidak menghalangi orang-orang ini untuk menaruh selembar kain sebagai alas dan tenda kecil yang berisi barang-barang pribadi milik mereka. Orang-orang ini tidak memperdulikan kondisi lingkungan mereka yang secara teknis tidak cocok untuk ditinggali beramai-ramai, kedua Manstria yang sedang mengunjungi tempat ini pun menjadi kagum dengan kegigihan para pemukim itu yang tetap gigih untuk tinggal di tempat seperti ini.

Deretan atap-atap dari plastik telah dipasang jauh di atas kedua sisi gedung untuk menutupi mereka dari serangan air hujan tanpa akhir di dunia kelabu ini. Setidaknya mereka terlindungi dengan cukup baik walau terdapat beberapa titik yang bocor dan mereka harus terus menambalnya setiap kali titik bocor baru muncul.

Deretan kabel-kabel listrik terlihat menggantung di atas tenda-tenda, beberapa memasuki tenda, sedangkan beberapa lagi berujung pada lampu penerangan. Tidak diketahui dari mana mereka mendapatkan listrik, tetapi tidak ada yang ingin mempertanyakannya dan langsung menggunakannya saja.

“Ah, aku tidak menemukan langganan kita,” keluh Shinael ketika ia berjalan di sepanjang lorong tersebut sambil melihat-lihat ke berbagai sisi. Di sisi lain, Guuma merasa waspada dan terus memperhatikan para orang-orang yang terus memandangi mereka berdua.

“Tidak usah terlalu dipikirkan, Guuma,” ujar Shinael kepada Guuma yang terus memasang badan untuk menghalangi pandangan orang-orang itu ke arah Shinael. Shinael tahu bahwa penampilannya memang akan menarik perhatian para penyintas pria, tetapi ia lebih khawatir kalau Guuma sampai bertindak untuk menyakiti para pengamat itu dengan kasar.

“Tapi, orang-orang ini ….” Guuma mulai merasa gelisah, ia merasa gatal untuk menghajar para pengamat yang terus-menerus mengamati dengan seksama sosok pemimpin yang sangat ia hormati itu. Bahkan gestur dan pandangannya turut berubah sampai-sampai Shinael dapat merasakan niat tidak baik dari anggota kelompoknya itu.

Shinael pun mempercepat langkahnya, bukan karena ia tidak nyaman, tetapi karena ia tidak ingin Guuma berbuat kasar kepada orang-orang itu serta supaya lebih cepat dalam menemukan sosok penyintas yang selalu ia temui untuk mendapatkan bahan dan material yang ia butuhkan.

Mereka akhirnya keluar dari lorong tersebut setelah melewati sebuah tirai plastik yang menjadi pembatas wilayah kering dengan wilayah basah. Mereka pun tiba di kawasan jalanan aspal yang sepi dengan tembok pagar besi yang menjadi pembatas di seberang sana.

Shinael kemudian bergerak mengikuti jalanan dan tiba ke bagian bawah dari sebuah jembatan jalanan, terlihat sebuah pagar besi dibangun sebagai penghalang dan beberapa orang terlihat berdiri di sekitar gerbang masuknya.

“Baiklah, seharusnya orang itu berada di dalam sini,” ucap Shinael setelah meminta izin masuk ke para penjaga.

Melihat bagaimana para penjaga itu membawa persenjataan milik mereka masing-masing, Guuma menjadi lebih waspada, “Ah sepertinya kali ini kita harus berhati-hati.”

“Kamu sangat mengkhawatirkanku, hm? Yah terima kasih, kau benar-benar pengawal terbaikku,” puji Shinael sambil mengusap pundaknya Guuma, kata-kata ini tidak lebih hanyalah sebuah kata-kata manis untuk menyenangkan perasaan Guuma saja.

Guuma merasa sangat senang dan tersanjung ketika dipuji oleh sosok yang sangat ia hormati itu, rona merah pun muncul dan ia pun memalingkan wajahnya seketika sehingga perhatiannya terhadap para orang-orang asing yang memandang mereka berdua menjadi teralihkan.

Shinael kemudian melanjutkan langkah kakinya lagi untuk kembali ke rencana awalnya, Guuma seketika langsung kembali ke realita lalu mengejarnya untuk bersiaga di sisi Shinael. Shinael kemudian berhenti dan mengamati wilayah di sekitar, ia kemudian melihat sebuah tenda yang agak besar yang berdiri di dekat tiang penyangga jembatan.

Ia bisa melihat tumpukan barang-barang yang dibungkusi plastik dan kain di sana, dengan cepat ia pun melangkah ke arah tenda itu karena entah mengapa ia merasa familiar dengan tenda tersebut. Ia akhirnya menemukan bahwa tenda inilah yang ia cari, tenda dari seseorang yang terus ia temui untuk melakukan barter barang.

Seorang pria bernampilan lusuh nan acak-acakan keluar dari dalam tenda ketika ia mendengar ada yang memanggil dirinya, orang itu kemudian tersenyum ketika melihat ada dua gadis muda berdiri di depan tendanya. “Oh? Shinael dan Guuma. Aku terkejut kalian bisa menemukanku.”

Shinael kemudian memasang pose bangga, “Haha, jangan remehkan penciuman kami, para entitas!”

Seketika si pria lusuh itu terkejut tidak percaya, “Tunggu dulu! Aku memang belum mandi tetapi seharusnya aku tidak sebau itu! Dan dunia ini selalu dalam keadaan hujan sehingga seharusnya kalian tidak bisa menciumku!”

Shinael dan Guuma hanya memberi tawa saja kepada si pria itu, kedua entitas ini benar-benar menikmati momen kali ini. Pria ini sudah hafal dengan perilaku kedua entitas ini karena akan selalu ada saja hal yang dijadikan bahan sindiran setiap kali mereka bertiga berkumpul.

Si pria lusuh itu selalu penasaran dengan bagaimana kedua gadis ini selalu bisa menemukan dirinya tidak peduli di mana dirinya, apakah mereka benar-benar hanya mengandalkan penciuman semata?

“Hah baiklah. Jadi ada niaga apa hari ini?” tanya pria tersebut kepada mereka berdua, sudah waktunya untuk menyikapi kedatangan mereka dengan serius.

“Kami mencari bahan makanan, yaitu kentang, wortel, dan beberapa bumbu masakan seperti garam dan kecap. Kami ada beberapa barang menarik yang mungkin bisa dibarterkan dengan benda-benda itu.” Shinael kemudian menaruh tas sandang hitam miliknya yang berukuran besar ke lantai, Guuma pun juga meletakkan tas sandang miliknya ke lantai seperti yang Shinael lakukan.

“Oh! Silahkan duduk!” orang lusuh itu pun kembali masuk ke dalam tenda setelah mendengarnya, ia terdengar sangat bersemangat.

Shinael dan Guuma pun duduk di atas selembar bentangan kain yang ada di depan tenda, Shinael pun mengamati keadaan sekitar serta tenda tersebut sambil menunggu si pria lusuh kembali. Di sisi lain, Guuma turut memandangi ke arah sekitar, tampaknya orang-orang yang tinggal di bawah jembatan cenderung lebih memperdulikan diri mereka sendiri saja.

Mereka juga memiliki tumpukan barang di depan tenda dan ukuran ukuran tenda mereka juga cukup besar, Guuma langsung menyadari bahwa tempat ini pasti salah satu dari banyak pusat niaga yang tersebar di dunia ini. Si pria lusuh itu pun akhirnya keluar dari tenda dengan sekantung kentang dan wortel di kedua tangannya, jumlahnya masing-masing mungkin sekitar 1 kilogram.

“Baiklah, aku ada kentang dan wortel yang aku dapatkan dari sekelompok penyintas yang pernah mampir sebelumnya, mereka mendapatkan kedua tanaman ini dari sebuah level lalu memanennya.” si pria lusuh itu juga menambahkan bahwa ia mendapatkan kedua tanaman itu tempo hari sehingga apa yang ia miliki masih dalam kondisi baik.

Guuma kemudian memeriksa kedua kantung itu untuk mengendusnya, ia pun memberi anggukan kepada Shinael sebagai tanda bahwa si pria lusuh berkata jujur. Si pria lusuh menambahkan bahwa ia sedang tidak terlalu membutuhkan sayuran ini, setidaknya dalam waktu dekat ini sehingga ia tidak masalah menukarkannya dengan benda-benda yang akan ditawarkan Shinael.

Shinael langsung mengeluarkan beberapa barang dari dalam tas miliknya, “Pembungkus aluminium, serbuk Arang Aktif, kabel 3 meter, dan pembuka kaleng. Bagaimana?”

Orang lusuh itu kemudian berpikir sebentar dengan ketiga benda yang ditawarkan oleh Shinael, pertukaran benda dengan benda sebenarnya adalah hal biasa, tetapi metode barter ini harus berupa benda-benda yang memang diperlukan oleh dirinya. Ia mungkin membutuhkan pembungkus dan pembuka kaleng, tetapi sisanya ia merasa tidak yakin.

Arang Aktif sebenarnya dapat dibuat sendiri jika ia memiliki bahan-bahannya, benda itu sangat berguna dalam membuat material khusus yang berhubungan dengan industri maupun dalam membuat baterai.

Di sisi lain, ia tidak terlalu membutuhkan kabel karena ia tidak terlalu bergantung dengan listrik karena ia memiliki lentera berbahan bakar minyak sebagai penerangan. “Aku tertarik dengan pembungkus dan pembuka kaleng, ada lagi yang lain?”

Shinael memasukkan kembali kabel tersebut, “Hm, bagaimana kalau …” Shinael kemudian memperhatikan tenda dan kondisi fisik orang tersebut dengan seksama, sebuah ide pun muncul di dalam kepalanya.

“Aku lihat tendamu sedang ada dalam masalah kebocoran, mau perekat ini?” Shinael mengeluarkan pita perekat dan sebotol kecil lem dari dalam tasnya.

Si pria lusuh itu pun mempertimbangkan hal itu, ia memang memiliki masalah kebocoran pada tendanya walau dirinya tinggal di wilayah kering saat ini, tetapi tampaknya kedua benda ini dapat berguna nanti jika ia berpergian ke tempat lainnya. Namun, belum selesai ia mempertimbangkan hal ini, Shinael kemudian mengeluarkan benda lainnya.

“Aku akan memberikanmu bonus gayung ini supaya dirimu bisa mandi,” ucap Shinael sambil mengeluarkan sebuah gayung air dari dalam tasnya. Ia melempar wajah mengejek kepada si pria itu. Ia tahu dengan menampung air hujan si pria lusuh seharusnya bisa mandi, tetapi pernyataan bahwa ia belum mandi menunjukkan ia pasti memiliki kesulitan untuk melakukannya.

Si pria lusuh menjadi kesal, sempat-sempatnya Shinael menyindir masalah mandinya lagi di tengah kegiatan barter ini. Tetapi, gayung itu memang bukan tawaran buruk karena salah satu alasan ia tidak mandi karena ia memang tidak memiliki benda tersebut. Sebenarnya ia bisa menggunakan mangkuk atau gelas, tetapi gayung memang sangat efektif untuk mandi.

“Aku ingin menambahkan ini,” sambung Guuma sambil mengeluarkan kantung berisi kapas dari dalam tas miliknya.

Kapas dapat digunakan untuk banyak hal, mulai dari sebagai material untuk membuat barang juga sampai untuk keperluan medis. Karena potensi pemanfaatnya cukup besar, kapas menjadi salah satu material yang cukup bernilai di antara penyintas. Kapas yang ditawarkan Guuma juga dalam kondisi baik, hal ini tentu akan turut menaikkan nilai tukarnya.

Mengetahui Guuma menawarkan sesuatu yang memiliki nilai tukar yang cukup tinggi, Shinael langsung menegur dirinya, “Guuma, benda itu terlalu mahal dan sebaiknya tidak dipakai untuk mendapatkan sayuran.”

“Shinael benar, aku memang perlu kapas tetapi aku tidak punya sesuatu yang memiliki nilai yang sama,” lanjut si pria lusuh.

“Ah,” Guuma pun memasukkan kembali kantung berisi kapas itu. Ia masih tidak paham soal kesetaraan nilai tukar, setidaknya sekarang ia mendapat pelajaran tentang ini. Wajahnya berubah menjadi sedih, ia kira ia akan dapat membantu dan ternyata tidak.

Shinael kembali menoleh ke arah si pria lusuh, “Jadi apakah ini sebuah kesepakatan? Pembungkus aluminium, pembuka kaleng, perekat, dan lem untuk kentang, wortel, dan bumbu dapur? Oh ya, gayung sebagai bonus!” tanyanya.

Si pria lusuh kemudian menampilkan deretan bumbu dapur yang ia miliki dari dalam sebuah kotak kayu yaitu garam kasar, gula, kecap, dan merica. Apa yang ditampilkan oleh si pria lusuh itu membuat Shinael merasa sedikit tertekan karena bumbu-bumbu yang ditampilkan itu cukup langka dan bernilai tinggi. Terutama garam, gula, dan kecap yang cukup sulit untuk dibuat jika suatu lokasi tidak mendukung pembuatannya.

“Kurasa kami akan menawarkan kapas itu lagi. Tunggu! Mana yang katanya tidak ada barang yang senilai dengan kapas?! Semua ini bahkan lebih tinggi nilainya dari kapas tahu!” ucap Shinael dengan kesal.

Si pria lusuh itu tertawa karena akhirnya ia bisa membalas candaan Shinael yang sebelumnya, walau ia enggan untuk melihat ke arah Guuma karena ia merasakan sinyal bahaya dari Manstria itu.

Sebuah barang jadi seperti bumbu-bumbu yang dibuat dengan proses panjang nan rumit akan memiliki nilai tukar yang tinggi di antara komunitas penyintas. Selain karena sulit untuk ditemukan di publik, faktor potensi pemanfaatan yang tinggi serta adanya manfaat pada tubuh semakin menambah nilai tukar bumbu-bumbu tersebut.

Shinael kemudian berpikir keras sambil melirik ke arah bagian dalam tenda si pria lusuh itu, dengan sebuah ide baru ia kemudian mengeluarkan benda-benda yang lebih sederhana seperti sekantung paku serta sebuah pemantik, dan tampaknya si pria lusuh langsung tertarik akan penawaran itu.

Ia sangat membutuhkan paku untuk memperkuat lemari penyimpanannya dan pemantik untuk keperluan sehari-hari karena ia mengalami kendala dalam memproses makanan akhir-akhir ini, sepertinya ia akan menerima kedua benda itu dan mengakhiri transaksi ini saja.

“Haha, dirimu memang tahu apa yang aku butuhkan! Paku untuk memperkuat lemari penyimpananku dan pemantik untuk memasak sehingga tidak perlu meminjam kompor tetanggaku lagi! Baiklah, aku terima penawarannya,” ucap si pria lusuh.

“Haha! Sudah kuduga kau akan melepaskan benda-benda mahal itu untuk benda recehan seperti ini! Hahaha!” balas Shinael dengan maksud untuk mengejeknya.

Pria itu kesal karena Shinael selalu tahu apa yang sangat ia butuhkan dan memanfaatkannya untuk mendapatkan benda-benda mahal darinya dengan mudah, “Tch, aku tidak tahu bagaimana kamu bisa tahu apa yang sangat kubutuhkan saat ini. Yang pasti aku memang tidak ingin untuk melepaskan benda-benda mahal ini-“

Belum selesai ia berbicara Shinael dengan cepat langsung memotong ucapannya, ”Sudahlah pak, mau semua hal yang kutawarkan ini? Akan kutambahkan kapas itu supaya pertukaran ini menjadi, setidaknya, lebih adil. Bagaimana?”

Si pria itu pun menggaruk sisi belakang kepalanya dengan wajah penuh kekalahan, “Ahh terserahlah. Aku terima semua yang dirimu tawarkan.” Ia mendapatkan konflik di dalam kepalanya soal benda bernilai tinggi dan benda yang sangat ia butuhkan saat ini.

Benda bernilai tinggi seperti bumbu dapur itu seharusnya bisa ditukarkan lagi dengan benda lain yang juga tidak kalah tinggi nilainya, ia bahkan dahulu mendapatkannya dengan menukarkan beberapa material langka kepada orang lain. Kali ini, ia menukarkan bumbu-bumbu itu dengan benda sederhana seperti gayung, paku, dan pemantik, rasanya itu bukan pertukaran yang pas baginya.

Walau demikian, penambahan kapas sebenarnya cukup hampir mengimbangi nilai pertukaran tersebut. Tetapi tetap saja rasanya masih kurang. Si pria lusuh akhirnya pun memilih untuk menyerahkan benda-benda bernilai tinggi itu saja karena ia lebih mementingkan kondisi tempat ia tinggal daripada sekumpulan bumbu masakan yang bahkan ia sendiri belum tentu akan menggunakannya.

“Terima kasih atas kesediannya,” ucap Shinael kepada si pria lusuh. Mereka berdua kemudian saling berjabat tangan dan transaksi pun selesai, Shinael merasa lega karena ia akhirnya mendapatkan bahan makanan yang ia butuhkan tanpa masalah.

Si pria lusuh turut merasa lega karena ia tidak perlu berurusan lebih lama lagi dengan kedua Manstra menyebalkan ini karena mereka berdua akan selalu menyindir kehidupan sehari-harinya, walau demikian, ia akan merindukan interaksi ini karena entah kapan lagi mereka bisa saling bertemu.

“Akhirnya kita mendapat bahan makanan untuk mengisi kembali persediaan kita yang mulai menipis,” ucap Shinael sambil menyerahkan benda-benda yang telah ia dapatkan kepada Guuma.

“Benar, tetapi aku tidak memakan sayuran.” Dengan wajah merengut Guuma memasukkan berbagai benda hasil pertukaran tersebut ke dalam tasnya. Ia pun mengenakan tas itu di punggungnya.

“Menipis ya … baiklah kalau begitu. Sampai bertemu lagi suatu saat lagi,” si pria lusuh itu pun melambaikan tangannya ke arah Shinael dan Guuma yang baru saja berdiri dari tempat duduk mereka.

Si pria lusuh tahu bahwa jika mereka berdua datang untuk mencari bahan makanan maka artinya mereka sedang menahan insting buas mereka, karena ini juga lah ia bertindak bijak dengan memberikan apa yang mereka mau walau ia tetap ingin mendapatkan sesuatu yang sepadan dari mereka. Ia pun kembali ke dalam tendanya untuk mulai memperbaiki perabotannya.

Tetapi, ia merasa bahwa para entitas yang telah menjadi langganannya itu adalah suatu bentuk kasus yang menarik karena kapan lagi ada entitas yang menginginkan pertukaran barang seperti manusia yang beradab? Baginya, kedua entitas itu jauh lebih bisa diajak berbicara daripada dengan sesama manusia karena kebanyakan manusia akan melakukan berbagai hal untuk menguntungkan diri mereka dan merugikan pihak yang menjadi penyedia barang.

“Walau Shina itu menyebalkan, setidaknya ia tidak terlalu merugikanku. Ia tahu apa yang sangat kubutuhkan walau ku harus merelakan beberapa barang berharga. Oh astaga, mengapa entitas sepertinya jauh lebih pengertian daripada para manusia yang selalu kutemui. Orang-orang itu hanya ingin merasa untung tanpa memperdulikan kami para penyedia barang!” si pria lusuh itu terus bergumam, tampaknya pengalaman pribadinya dengan para penyintas lainnya cukup kurang menyenangkan.

Tetapi ya begitulah kehidupan di Backrooms, tidak semua orang itu jujur maupun adil, beberapa pihak malah ingin seuntung-untungnya tanpa memperdulikan efek samping yang bisa saja terjadi setelahnya. Walau demikian, jumlah pihak yang masih bersikap jujur dan adil juga tidak kalah banyak sehingga roda ekonomi masih dapat terus berputar di dunia yang luas ini.


Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 License