Astra memindai lingkungan yang ada di sekitarnya dengan seksama sedangkan Solas merasa kagum dan menyukainya, pemandangan dari wilayah dalam ruangan yang memiliki tema cerah ala taman kanak-kanak tampaknya menaikkan antusias kedua bocah Manstria berbadan besar ini.
Warna temboknya cerah dengan gambar-gambar kartun, lantainya dari puzzle busa warna-warni, dan terdapat ornamen balon di keempat sudut ruangan. Kursi-kursi empuk warna-warni berjajar dengan rapi di sisi ruangan, pot tanaman juga eksis memeriahkan suasana, dan poster-poster untuk kanak-kanak terpasang di tembok.
Sebuah spanduk besar bertuliskan “SELAMAT DATANG” terpasang di tembok dengan hiasan pita, sepertinya tempat ini sudah cukup meriah dalam menyambut siapa pun yang datang. Aroma manis juga dapat tercium di udara, sepertinya seseorang sudah menyiapkan kudapan kepada anak-anak yang datang.
“Tunggu dulu! Aku tahu tempat ini!” ucap Astra secara tiba-tiba dan itu mengejutkan Solas.
Astra mencium aroma di sekitar dan memperhatikan dekorasi di ruangan tempat mereka berada, ia pun menyatakan jawaban dari kecurigaannya, “Ini jelas-jelas Level Seru! Yang benar saja belajarnya di sini!” Astra menjadi tidak nyaman, apakah semua ini adalah jebakan?
Solas kemudian mendekatkan wajahnya ke Astra untuk bertanya, “Berbahaya?” Astra mengangguk, ia memberitahukan soal predator di dalamnya dan betapa merepotkannya untuk berada di labirin penuh predator ini.
Mendengar penjelasan itu, Solas menjadi lebih waspada dan bersiap untuk menjaga Astra. Ia tahu bahwa Astra itu bukan tipe yang bisa bertarung sehingga ia merasa bertanggung jawab dalam melindunginya. Anehnya, tempat ini hening sekali. Di mana anak-anak yang lain? Bukankah seharusnya yang mendaftar cukup ramai?
Solas lalu mengajak Astra untuk bergerak mundur dengan perlahan untuk kembali ke pintu masuk tadi, ia merasa tidak nyaman ketika menyadari situasi yang sedang mereka alami saat ini, tetapi pergerakan mereka langsung terhenti karena ada seseorang yang datang dari salah satu lorong.
Seorang wanita datang dari lorong tersebut untuk menyambut mereka berdua, “Oh halo, apakah kalian datang untuk menjemput anak-anak kalian?”
Astra dan Solas saling berpandangan, sepertinya mereka berdua memang terlihat seperti sepasang orang tua jika tidak ada yang tahu siapa diri mereka yang sebenarnya. Astra kemudian memberikan formulir yang mereka berdua isi sebelumnya kepada wanita tersebut, dan itu membuat si wanita terkejut lalu meminta maaf.
“Ehem, maaf tentang sebelumnya, diriku tidak tahu bahwa kalian berdua ternyata bukan manusia dan masih di bawah umur dewasa. Yah sebenarnya ini hal bagus karena ras dan umur bukan penghalang dalam menempuh pendidikan, bukan?”
Astra dan Solas mengangguk setuju dengan pernyataan wanita tersebut. Si wanita menjelaskan bahwa ia adalah seorang guru di sekolah ini dan bertugas dalam mengajari pengetahuan tingkat dasar. Beda tingkat pengetahuan maka beda pula pengajarnya sehingga para pengajar di sekolah ini memiliki jadwal pengajaran yang efisien.
“Baiklah, aku penasaran dengan tingkat pengetahuan kalian berdua. Apa kalian sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung?” tanya si guru.
Solas menggeleng dengan pelan sedangkan Astra menjawab, “Um … aku seorang arsiparis di kelompok penjelajahanku.”
Si guru kemudian membalas, “Oh benarkah? Kalau begitu dirimu sudah lulus!”
“Hah?” ucap Solas tiba-tiba. Siapa sangka bahwa Astra langsung diluluskan setelah menyebutkan apa yang biasa ia lakukan?
“Menjadi arsiparis itu sulit jika tidak terbiasa atau tidak memiliki pengetahuan yang memadai dalam menjalankannya, adik Astra pastinya sudah bisa melakukan pengidentifikasian dan penyortiran informasi, bukan?” tanya si guru dan Astra langsung mengiyakannya.
“Dengan demikian, tidak ada yang bisa kami ajari untukmu. Justru mungkin malah kami lah yang harus belajar darimu karena dirimu pasti punya banyak informasi tentang berbagai hal, bukan?” lanjut si guru.
“Entahlah, aku tidak yakin,” jawab Astra. Ia lalu mengeluarkan buku catatan miliknya dari tas kecil yang tersandang di sisi belakang pinggangnya.
Si guru terkejut dengan betapa tebalnya buku milik Astra tersebut, ia melihat buku tersebut sebagai sumber informasi berharga yang ingin ia ketahui isinya. Ia kemudian penasaran, “Sudah berapa lama dirimu menjadi arsiparis?”
Astra menjawab bahwa ia baru beberapa bulan saja menjadi arsiparis dan itu membuat si guru kagum, baginya Astra telah menjadi salah satu arsiparis veteran walau rentang masa karirnya tidak terkesan begitu lama. Ia meminta izin kepada Astra untuk membaca isi bukunya dan Astra pun memperbolehkannya.
Tetapi sebelum ia meminjamkan bukunya, Astra mempertanyakan mengapa kelompok pengajar ini memilih tempat ini sebagai tempat belajar bukannya tempat lain? Menurutnya tempat ini dikenal cukup membahayakan karena keberadaan entitas predatornya yang cukup ganas. Astra juga curiga bahwa mungkin orang-orang ini malah tidak tahu seluk beluk tentang tempat ini.
Si guru kemudian menjawab bahwa mereka sudah tahu tentang tempat ini dan upaya pengklaiman wilayah aman sudah mereka lakukan. Selama mereka tinggal di level ini sejak beberapa hari yang lalu, tidak ada bahaya yang mereka temukan sehingga mereka pun menetapkan bahwa wilayah yang telah mereka klaim benar-benar aman untuk ditempati dan dijadikan sebuah tempat belajar.
Lorong utama sudah diblokir dan mereka hanya mengambil beberapa ruangan saja, mereka juga memasang peredam suara supaya kegiatan belajar mengajar di dalam level ini tidak terdengar berisik. Mereka juga memasang alarm jika saja terjadi sesuatu yang dapat membahayakan keselamatan sehingga orang-orang akan langsung melakukan evakuasi. Mereka telah melakukan berbagai upaya pengamanan, jadi setidaknya keamanan sudah bisa dianggap bagus, bukan?
Tetapi Astra masih merasa tidak yakin, ini membuat si guru mengajak kedua murid baru itu untuk berkeliling wilayah yang telah diamankan. Orang-orang dari kelompok ini sudah merasa yakin bahwa keamanan dari anak-anak yang dititipkan di bawah naungan mereka itu terjamin sehingga Astra ingin melihatnya secara langsung.
Terdapat sebuah lorong yang menjadi lorong utama dengan beberapa ruangan di kedua sisinya, di ujung lorong terdapat sebuah barikade dari berbagai perabotan yang ditumpuk menjadi sebuah tembok untuk memblokir wilayah sekolah ini menuju ke wilayah labirin yang belum terjamah. Secara sekilas tampaknya barikade itu lumayan kokoh, tetapi Astra masih merasa tidak yakin dengan ketahanannya.
Astra dan Solas melihat kedelapan kelas yang ada, semua kelas itu dibagi berdasarkan tingkatan jenjang pendidikan yang diajari oleh para pengajar. Tembok kelas dan pintu berjendelanya tampak kokoh, peredam suara yang mereka pasang pada tembok kini menjelaskan mengapa sekolah ini terdengar sangat hening. Solas merasa bahwa lebar lorong ini cukup sempit, lalu tembok lorong cukup tebal karena terbuat dari beton, ia merasa bahwa entitas normal seharusnya tidak bisa menghancurkan tembok begitu saja.
Berbagai pengamanan yang diterapkan oleh orang-orang ini tampaknya memang bisa diandalkan, Solas sampai membisikkan ke Astra soal dirinya sudah yakin kalau tempat ini memang aman seperti yang orang-orang ini yakini. Tetapi, Astra bertanya kepada Solas, “Apa dirimu pernah bertemu dengan para entitas asli penghuni tempat ini?”
Solas menggelengkan kepalanya, walau begitu ia tidak takut dengan entitas apa pun dan siap untuk memberi perlawanan jika diperlukan. Astra tidak punya sesuatu untuk diutarakan kepada Solas karena ia tahu seperti apa kemampuan bertarung temannya itu, ia merasa bahwa jika ada masalah maka Solas setidaknya bisa melindungi semua orang di sini.
Tetapi Astra masih merasa pemilihan lokasi ini sebagai sebuah sekolah terasa terlalu berbahaya, bagaimana jika para entitas penghuni asli tempat ini benar-benar muncul? Apakah semua pengamanan itu akan benar-benar berkerja? Mungkin barikade itu dapat memberi mereka semua waktu untuk melarikan diri sebelum akhirnya dibobol, bukan?
Astra bisa melihat anak-anak yang sedang belajar di dalam kelas-kelas yang ada, mereka terlihat tidak sadar akan potensi bahaya dari tempat mereka belajar saat ini. Ia kemudian memperingati si guru yang hendak membuka pintu menuju salah satu kelas tingkat dasar, “Waspada terhadap balon-balon yang ada, semua balon itu aslinya perangkap.”
Informasi dari Astra itu mengejutkan si guru karena ia tidak tahu akan hal itu, orang-orang dari kelompoknya hanya memindah-mindahkan balon-balon itu saja sebelumnya sehingga mereka mengira bahwa semua balon itu tidak berbahaya. Astra meluruskan bahwa jebakan baru akan aktif jika ada balon yang meletup atau kempes, para entitas predator yang menjadi penghuni asli tempat ini akan menjadi sangat tidak senang akan hal itu.
Si guru berterima kasih akan informasi itu dan akan memberitahukan kepada yang lainnya untuk berhati-hati dengan semua balon yang ada. Baginya, keamanan anak-anak adalah prioritas utama di tempat ini sehingga mereka akan membuat metode keamanan baru demi menjaga para anak-anak.
Mereka akhirnya berada di dalam kelas setelah si guru membukakan pintu, ada banyak anak-anak manusia yang sedang belajar membaca di dalamnya. Sepertinya ini memang kelas yang cocok untuk Solas karena berdasarkan formulir pendaftaran yang sebelumnya menyatakan bahwa Solas itu masih berada di tahap pendidikan dasar.
Astra kemudian merasa bahwa ini bukan kelas tempat ia seharusnya berada sehingga ia pun memberitahukan Solas bahwa ia akan pergi ke kelas dengan pendidikan tingkat lanjut, Solas mengangguk dan si guru pun bersiap untuk menunjukkan kelas untuk Astra. Hingga kemudian ketika Solas memegang gagang pintu untuk mempersilahkan kedua orang itu keluar, sebuah bunyi ledakan balon terdengar dari luar ruangan.
Solas seketika membuka pintu untuk memeriksa apa yang baru saja terjadi dan apa yang menyambutnya di balik pintu adalah sebuah figur berbadan besar berwarna kuning tengah berdiri di tengah lorong utama itu. Sosok itu memegang balon di salah satu tangannya dan sosok itu tampaknya tiba-tiba muncul begitu saja karena barikade tidak dalam keadaan sudah dirusak.
BONK!
Semua orang di kelas terkejut melihat hal itu. Dengan spontan Solas memberi pukulan vertikal ke arah dagu entitas itu hingga si entitas terbang dan menancap dengan tragis di langit-langit. Solas kemudian melempar ekspresi “semua sudah baik-baik saja” lengkap dengan acungan jempolnya kepada mereka semua, tentu gesturnya itu membuat dirinya seketika dikagumi.
“Hei jangan bangga dulu, kita semua harus pergi dari sini!” ucap Astra sambil menarik lengannya Solas menuju ke luar kelas.
Si guru kemudian menyalakan alarm darurat yang terpasang di tembok supaya semua orang segera melakukan evakuasi. Mereka yang mendengarnya kemudian langsung berhamburan keluar dari kelas dan segera pergi menuju pintu keluar. Di sisi lain, Astra dan Solas masih tinggal di lorong demi menunggu semua orang untuk keluar terlebih dahulu, mereka merasa bertanggung jawab dalam memastikan keamanan orang-orang tersebut karena mereka secara teknis memang lebih kuat dari manusia biasa.
“Siapa yang memecahkan balon atau dari mana asalnya?” tanya Astra kepada dirinya, tetapi itu tidak penting lagi karena evakuasi adalah prioritas utama saat ini.
Solas kemudian pergi untuk berjaga di depan barikade, setibanya ia di sana ia bisa mendengar pergerakan di balik barikade tersebut dan dirinya langsung bersiap untuk bertarung. Menurutnya para entitas itu pasti sudah mendengar ledakan balon dan bunyi alarm darurat yang cukup nyaring, tetapi, Astra langsung datang untuk menarik Solas supaya turut meninggalkan tempat ini.
Astra tidak ingin Solas bertarung dan lebih ingin ia ikut keluar saja. Walau Solas bingung mengapa Astra tidak ingin dirinya menunjukkan kepada para entitas itu soal spesies predator mana yang lebih kuat, tetapi akhirnya ia pun mengalah ketika Astra mendekap dan menarik lengannya dengan serius.
Hanya dalam beberapa saat saja semua orang telah keluar, kini hanya tersisa Astra dan Solas saja yang masih tinggal di dalam tempat itu. Mereka berdua bisa melihat barikade yang ada di ujung lorong telah dihancurkan oleh para entitas berbadan besar dan berwarna kuning itu hanya dengan beberapa pukulan saja. Melihat keseriusan para entitas itu, Solas kemudian memutuskan untuk membuat barikade baru untuk menghalangi para entitas yang mulai berlarian ke arah dirinya dan Astra.
Dengan merubuhkan langit-langit lorong dengan dua buah tentakel berujung cambuk yang panjang dan menarik tembok lorong dengan tentakel besar berpenghisap yang ia hasilkan dari kedua lengannya, para entitas penyerang itu langsung terkubur reruntuhan lorong dan kepulan debu tebal langsung menutupi pandangan dari mereka yang ada di lokasi.
Ledakan dari banyak balon terdengar ketika barikade baru dibentuk, Solas langsung tahu bahwa para entitas itu tidak akan mundur begitu saja dan ia pun siap untuk ronde kedua, kedua lengannya kini telah kembali ke bentuk semula dan bisa terlihat dari urat-urat di lengannya bahwa ia sedang memfokuskan kekuatannya.
Tetapi, niatnya itu dihentikan oleh Astra yang memintanya untuk meruntuhkan ruangan tempat medan noclip menuju jalan keluar itu berada saja supaya para entitas itu tidak dapat mengikuti mereka sampai keluar. Rencana ini harus segera dieksekusi karena kepulan debu dan reruntuhan itu sedang mengganggu fokus para entitas itu, dengan melakukan rencana ini maka para entitas itu akan terkubur seutuhnya dan akses medan noclip juga akan tertutup reruntuhan.
Solas langsung mengikuti rencana itu dan menghancurkan ruangan seketika hanya dengan satu hantaman pukulan yang ia fokuskan pada lantai tempat ia berdiri. Pukulannya yang kuat langsung menghasilkan gelombang kejut yang dahsyat dan seketika menghancurkan ruangan tempat mereka berada. Astra terpaksa harus menggunakan kemampuannya dalam mengambang demi menghindari gelombang kejut yang dahsyat itu, ia lalu langsung menarik Solas keluar lewat medan noclip sebelum langit-langit ruangan jatuh menimpa mereka berdua.
Walau pendaratan itu tidak mulus setidaknya mereka berdua selamat dari ancaman tertimbun runtuhnya ruangan itu. Mereka telah kembali ke bangunan tua tempat mereka masuk sebelumnya, di sana orang-orang dari kelompok penggiat pendidikan sudah berkumpul bersama dengan para anak-anak didik mereka.
Setelah bangkit ke atas kedua kaki mereka, Astra menjelaskan bahwa para entitas yang mengejar mereka tidak akan bisa menembus medan noclip karena telah tertimbun reruntuhan barikade barunya Solas sehingga situasi seharusnya sudah aman. Kelompok penggiat pendidikan itu langsung berterima kasih kepada Astra dan Solas yang telah melindungi mereka, para anak-anak lainnya kemudian turut melakukan hal yang sama.
Terlepas dari semua pujian yang ia dapatkan, Astra merasa ingin menceramahi kelompok penggiat pendidikan ini. Ia kemudian mengutarakan kritiknya kepada keputusan kelompok yang dinilai terlalu percaya diri dalam memilih lokasi membangun sekolah. Orang-orang itu langsung menyesal dan meminta maaf, kepercayaan diri mereka telah berujung pada skenario yang dapat membahayakan anak-anak yang tidak bersalah.
“Oh astaga. Aku bisa memberi kalian rekomendasi tempat bertema sekolah sungguhan jika kalian mau, jadi kalian tidak perlu menyulap sebuah tempat yang berbahaya seperti ini menjadi tempat yang menurut kalian aman,” ucap Astra sambil mengeluarkan kembali buku catatannya.
“Benarkah?” tanya orang-orang dari kelompok itu.
Astra mengangguk, ia kemudian menjelaskan, “Begitulah, aku akan memberi rekomendasi tempat-tempat bertema sekolah yang telah terkonfirmasi aman sepenuhnya. Ingat kalau tempat yang terlihat aman belum tentu aman, ada banyak faktor yang harus diperhatikan dan faktor-faktor itu telah terpenuhi di tempat-tempat yang akan kurekomendasikan kepada kalian ini.”
Astra lalu menyambungkan, “Jika kita berada di tempat penuh hujan ini maka …” Astra berpikir sejenak sambil menggerakkan jemarinya di sepanjang daftar kode lokasi yang tertera di bukunya, “… maka lokasi terdekat adalah ….” sambungnya sambil mulai membolak-balikkan halaman bukunya.
Pada akhirnya Astra menjadi pihak yang mengajari bukannya diajari, ia membagikan daftar tempat-tempat yang aman untuk dijadikan sekolah serta memberitahukan berbagai hal tentang perjalanan yang akan kelompok tersebut hadapi. Jika kelompok ini kurang tertarik dengan berbagai rekomendasi tersebut, mereka bisa memeriksa beragam lokasi-lokasi lain yang turut Astra rekomendasikan.
Interaksi ini semakin menguatkan bahwa Astra memang tidak perlu bersekolah melainkan justru bisa membuat sekolahnya sendiri. Sifatnya dalam membagikan pengetahuannya kepada orang-orang secara percuma sungguh mulia dan itu satu tujuan dengan kelompok penggiat pendidikan tersebut. Ia juga tidak segan memberi kritik dan pembelajaran kepada orang lain yang lebih tua darinya sehingga Astra mampu membuat orang-orang menjadi kagum kepadanya.
Salah satu dari mereka kemudian mengajak Astra untuk bergabung dengan mereka setelah melihat potensi Astra sebagai seorang pembimbing. Mereka telah melihat gadis itu memiliki kemampuan untuk mengajari sehingga mereka merasa bahwa peran Astra akan sangat bermanfaat besar nantinya. Tetapi tentu saja Astra langsung menolak ajakan tersebut dengan alasan bahwa ia masih bagian dari sebuah kelompok menjelajah.
Kelompok penggiat pendidikan itu kemudian menerima penolakan Astra dan lalu berpamitan untuk pergi ke tempat yang baru. Dengan demikian, keberadaan sekolah di dunia yang penuh terpaan hujan ini harus berakhir atas kesalahan mereka yang meremehkan keamanan dari lokasi yang mereka pilih.
Para anak-anak murid lainnya melambaikan tangan mereka kepada kelompok itu, perpisahan ini benar-benar tidak disangka untuk terjadi karena musibah yang mereka alami. Wajah mereka menunjukkan rasa sedih dan juga rasa bingung, bagaimana bisa ada balon yang meledak? Apakah itu kejadian acak atau memang ada yang meledakkannya?
Setidaknya mereka beruntung karena ada Astra dan Solas yang hadir pada waktu itu, karena jika tidak, mungkin keadaan akan berubah menjadi lebih mengerikan dari yang telah terjadi. Tetapi semua ini bukanlah akhir, suatu saat nanti informasi tentang kelompok itu telah bermukim di suatu tempat dan membangun sekolah baru pasti akan tiba ke anak-anak di dunia penuh hujan ini suatu saat nanti.
Di sisi lain, tidak seperti anak-anak lain yang mengagumi Astra dan Solas, Solas malah memberi ekspresi cemberut kepada Astra. “Ada apa?” tanya Astra.
Solas kemudian menjawab, “Aku belum sempat duduk di kelas sedangkan kau sudah lulus.”
“Hei, sedangkan aku belum mendapatkan tanda kelulusanku. Sebuah klaim tidak lengkap tanpa bukti pasti, bukan?”
“Begitu? Sepertinya kita sama-sama tidak jadi bersekolah kali ini.”
“Entahlah. Dipikir-pikir sejak awal kita memang tidak perlu bersekolah kurasa. Aku bisa mengajarimu beberapa hal jika kamu mau kok.”
Mendengar tawaran Astra itu membuat Solas merasa senang, siapa sangka bahwa ilmu pengetahuan yang ia butuhkan ternyata tidak sesulit itu untuk mendapatkannya. Jika ia tahu Astra tidak masalah untuk mengajarinya sejak awal maka ia tidak perlu pergi bersekolah, tinggal temui Astra saja dan ilmunya akan bertambah.
Kedua Manstria muda itu pun melangkah bersama di bawah derasnya hujan meninggalkan gedung tua itu di belakang mereka, anak-anak lain juga sudah bubar sambil berlari menuju tempat tinggal mereka masing-masing. Kedua Manstria ini merasa bangga akan diri mereka sendiri, mereka telah menyelamatkan anak-anak lainnya dari ancaman entitas predator dan membuka mata kelompok penggiat pendidikan itu untuk tidak meremehkan suatu tempat begitu saja.
“Haruskah aku memanggilmu guru sekarang?” tanya Solas dan Astra langsung menolak hal itu, ia merasa bahwa dirinya masih terlalu muda untuk dipanggil guru. Selain itu, alasan mengapa Astra secara sukarela ingin mengajari Solas adalah tidak lain dan tidak bukan hanya untuk membuat pria itu menjadi lebih bisa diandalkan dan tidak hanya tahu cara memukul saja.



