Di Balik Kota Kabut

"Whoa," ucap kami dengan serentak.

Itu adalah sebuah gua yang luas dengan sisa-sisa peradaban masa lalu di dalamnya, terdapat banyak lokasi bersejarah di dalam labirin ini dan bisa dibilang ini seperti surga bagi para arkeolog yang ingin meneliti sejarah Backrooms. Banyak lorong-lorong yang mengarah ke rumah-rumah kuno dan fasilitas-fasilitas bawah tanah yang tampaknya sudah ada sejak lama sekali.

2kbklsf.jpg

Salah satu lorong.

"Erm, jadi sebenarnya ini tempat apa?" tanyaku kepada Eli.

"Haha akhirnya kalian bertanya. Tempat ini merupakan sisa peradaban para manusia di masa lalu yang akhirnya mengungsi entah alasan apa, mereka meninggalkan cukup banyak benda-benda bersejarah dan para Manstria yang tinggal di sini memutuskan untuk mempelajari wilayah ini." Eli kemudian duduk pada sebuah batu setelah menjawab pertanyaanku itu.

"Mereka pergi karena Manstria atau bagaimana?" tanyaku lagi. Bagaimana tidak, itu adalah kemungkinan yang paling mungkin jika kamu sudah mendengar nama mereka.

Eli menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju, "Para Manstria sudah menemukan tempat ini dalam keadaan kosong jadi bukan karena Manstria para penduduk asli level ini pergi. Tolonglah, jangan salahkan para entitas ini karena berbagai hal."

Bukan karena Manstria katanya, lalu apa? Aku kemudian bertanya lagi, "Hm, kalau begitu, apakah ada suatu petunjuk mengapa mereka pergi?"

"Ya. Ada. Itulah yang hendak aku tunjukkan pada kalian." Ia kemudian berdiri kembali dan mengajak kami untuk mengikutinya.

"Baiklah. Tunjukkan jalannya," balasku.

Kami kemudian mengikuti Eli menyelusuri terowongan berkelok-kelok yang tidak terlalu rumit untuk diingat, dan akhirnya kami tiba pada sebuah ruangan besar yang sepertinya adalah sebuah aula pertemuan. Ada banyak pintu masuk menuju lorong lainnya di berbagai sisinya dindingnya, tetapi, pada salah satu sisi ruangan itu terdapat lapisan dinding kristal berwarna hitam.

"Oh itu, itu adalah bagian dari menara kristal yang ada di tengah kota … di atas kita." Eli langsung menunjuk ke arah langit-langit.

"Eh?" Itu mengejutkanku, sungguh. Sedalam apa menara itu sebenarnya?

Ruangan itu juga terlihat berantakan karena banyak bongkahan batu dan retakan di sana-sini, seolah-olah telah terjadi bencana hebat sebelumnya. Banyak juga lukisan-lukisan yang dibuat dengan cat warna-warni pada seluruh dinding ruangan walau semua retakan pada tembok itu lumayan mengganggu, lalu semuanya seperti sedang menceritakan sesuatu karena setiap gambar terlihat saling terhubung satu sama lain.

"Inilah yang ingin aku tunjukkan kepada kalian. Gambar-gambar dari masa lalu ini menceritakan kejadian yang pernah terjadi di masa lampau, mau mendengar hasil penelusuran para Manstria sejauh ini?" tanyanya. Walau ia terlihat seperti sudah tidak sabar untuk bercerita, kami memutuskan untuk menundanya sebentar untuk berdiskusi.

Pengetahuan yang begitu berharga dari para Manstria dan kami akan mendapatkannya begitu saja, apakah ini benar-benar tidak masalah? Para Manstria sebelumnya mencoba untuk menghentikan kami untuk masuk ke dalam sini dan sekarang kami akan mengetahui apa yang hendak mereka sembunyikan dari kami semudah itu? Wanita ini, aku tidak tahu apa motifnya karena ini akan mempengaruhi hubungan antara kami dengan para monster di level ini, apakah kami bisa keluar dengan utuh setelah mengetahui semua ini?

Setelah berdiskusi kami akhirnya memutuskan, "Baiklah, kami siap mendengarnya."

Dia kemudian mulai bercerita dan itu cukup panjang, sebuah terjemahan dari semua lukisan-lukisan yang setidaknya berdasarkan pemahaman dari para Manstria di level ini.

Singkatnya ….

Deretan lukisan itu menceritakan tentang para penyintas yang tinggal di level ini sebelum akhirnya mereka kedatangan sosok misterius dengan cahaya kebiruan menyinari dari langit. Pada lukisan ditunjukkan bahwa cahaya biru tersebut menembus kabut dan menyinari kawasan yang ada di permukaan bahkan membuat gempa selama berhari-hari. Ketika gempa berhenti, para penyintas yang ketakutan itu memutuskan untuk membangun pemukiman di bawah tanah dan jadilah kawasan yang sedang kami pijaki saat ini. Tetapi, mereka tetap tidak dapat hidup dengan tenang dan akhirnya pergi kembali ke permukaan untuk kabur keluar wilayah yang mereka ketahui ataupun ke level lain. Anehnya, daerah yang sebelumnya dipenuhi kabut kini sudah tipis kabutnya, bahkan membentuk kubah.

Lalu cahaya kebiruan itu kemudian seketika menjadi terang ketika mereka berada di permukaan, dan tiba-tiba, sebuah pilar kristal berwarna hitam jatuh dari langit dan langsung menancap dengan keras. Pilar kristal itu kemudian bersinar sesaat sebelum akhirnya sinar itu memudar bersamaan dengan sinar biru yang menyinari level sebelumnya. Para penyintas yang kebingungan dengan apa yang mereka lihat itu kemudian melarikan diri ke luar kubah ketika bayangan berwarna hitam, yang sepertinya Gigant, membayangi wilayah tempat mereka berdiri. Lukisan itu kemudian berakhir begitu saja dan tampaknya orang terakhir yang melukis semua ini juga tidak diketahui kabarnya.

Ini sangat … sulit dicerna. Begitu banyak pertanyaan yang muncul di dalam kepalaku tetapi mau bagaimana lagi, kami tidak punya sumber informasi lain untuk menjelaskan apa yang terjadi di masa lalu, di tempat ini khususnya. Aku kemudian mendekati bagian dari menara kristal itu, terlihat bahwa permukaannya yang mengkilap seperti telah menyaksikan banyak hal selama ini. Eli kemudian meraba permukaan kristal yang sangat halus itu, ia menyebutkan bahwa menara ini selain cantik juga tidak kalah misteriusnya. Yah, aku sangat bingung dengan asal usul benda ini, apa gunanya dan mengapa bisa ada di sini. Tetapi bagaimana mungkin aku bertanya pada benda mati, bukan? Yah bukan berarti aku berencana untuk memanjat menara licin ini juga nantinya, walau sepertinya itu terasa menarik bagiku.

"Baiklah semuanya, aku sudah menunjukkan kepada kalian berbagai hal tentang level ini. Jadi, bagaimana kalau kita makan malam di permukaan?" ajak Eli.

Yah, kurasa bukan ide buruk untuk menerima ajakannya itu, apalagi kami sudah mendapatkan banyak informasi untuk dituliskan ke dalam artikel kami yang berikutnya. Tubuh kami juga sudah lelah berkeliling wilayah yang luas ini baik permukaan maupun di bawahnya, jadi istirahat memang hal yang sangat kami butuhkan saat ini. Hm, lalu tentang sosok misteriusnya aku masih penasaran akan hal itu sebenarnya, siapa atau apa itu sebenarnya? Pada lukisan, sosok itu berbentuk seperti segitiga berwarna hitam yang memancarkan cahaya biru jadi itu membuatku berpikir untuk melaporkan hal itu juga nantinya. Mungkin saja suatu saat nanti akan ada investigasi yang akan membahas tentang sosok itu bukan?

Lalu kemudian, sebuah getaran kuat terjadi. Sepertinya Gigant mendekat seperti yang para Manstria ceritakan sebelumnya dan kurasa aman bagi kami untuk berada di bawah tanah ini. Maksudku, para Manstria itu bilang mereka menjadikan wilayah bawah tanah ini sebagai tempat pengungsian mereka setiap fenomena seperti ini terjadi. Walau kejadiannya cukup jarang, tetapi bukankah kami cukup beruntung untuk bisa merasakan fenomena itu secara langsung? Kami bisa mendengar bunyi keributan yang dihasilkan oleh para monster daging itu, sepertinya mereka panik karena fenomena ini terjadi secara tiba-tiba.

Tunggu, kristal itu berpendar? Apa yang terjadi? Apa kristal itu bereaksi pada Gigant?

"Tunggu, ini kejadian baru," ucap Eli. Kejadian baru katanya? Apa kami cukup beruntung atau cukup sial untuk menyaksikannya?

"Ya, belum pernah terjadi yang seperti ini sebelumnya. Kristal ini berpendar seperti yang ada di lukisan dan ini adalah yang pertama kalinya dalam sejarah di level ini," lanjut Eli.

"Apa itu hal baik atau buruk?" tanyaku, sungguh aku mulai merasa khawatir terhadap kejadian ini. Tetapi, Eli hanya mengangkat kedua bahunya dan meminta kami untuk tetap tenang.

Getaran tiba-tiba berhenti sedangkan kristal itu masih berpendar, kami bergegas kembali ke permukaan untuk melihat apa yang terjadi namun kami dihentikan oleh tumpukan daging segar yang menghalangi jalan kami. Sudah jelas sekali semua tumpukan daging ini adalah para Manstria yang bergabung menjadi satu dan memenuhi seluruh bagian kawasan bawah tanah untuk menyelamatkan diri mereka. Dengan kata lain, ini adalah hal wajar walau kami menjadi tidak bisa keluar sama sekali dari tempat ini.

"Hey minggir!" teriak Eli, sepertinya ia sangat kesal karena jalannya terhalangi. Anehnya, para Manstria itu benar-benar membentuk jalur untuk kami lewat. Siapa dia sebenarnya?! Kok bisa dia memerintah mereka?!

Kami kemudian tiba di permukaan setelah melewati medan yang tidak kami sukai, menginjak tumpukan daging berdenyut bukanlah sesuatu yang kami harapkan untuk kami alami di dalam hidup kami. Ah, suasana di permukaan masih sama ternyata, bedanya hanya pada menara itu yang kini bersinar kebiruan dan ….

"Tunggu, Gigant-nya sudah pergi namun menaranya masih bersinar. Aku tidak mengerti apa yang terjadi di sini." Aku benar-benar bingung dengan kejadian yang menimpa kami ini, bahkan Eli juga tidak mampu menjawab. Apakah sinarnya akan menjadi permanen atau bagaimana? Dan apakah itu hal buruk? Yah tidak ada yang tahu.

Kami berdiri di tepi jalan untuk mengobservasi menara itu dari kejauhan, sinarnya yang terang namun tidak menyilaukan itu sangat menarik perhatian dan mungkin kami tidak bisa melepas pandangan kami darinya. Tunggu, bukankah itu akan menarik perhatian Gigant? Setiap kali Gigant mendekat maka para Manstria akan menutup semua sumber cahaya, namun untuk menara setinggi ini bagaimana mungkin mereka akan melakukannya? Jumlah mereka tidak cukup untuk menutupi seluruh bagian menara dan mereka harus memperbanyak diri mereka terlebih dahulu jika ingin melakukannya.

"Tidak perlu khawatir," ucap seseorang dari belakang kami.

Aku dan yang lainnya segera berbalik dan kami langsung terkejut, bukankah dia Sera yang sedang dibicarakan akhir-akhir ini? Maksudku, jubah hitam, rambut merah muda, dan lingkaran cahaya berwarna biru di atas kepalanya itu sangatlah dirinya. Lalu apa yang dia lakukan di sini? Dan … oh tidak, pasti Manstria!

"Tenang-tenang …" ia mengangkat kedua tangannya seolah-olah sedang ditodongi senjata, lalu ia melanjutkan ucapannya sambil menahan gesturnya itu, "… aku datang untuk menara itu, dan … masalah entitas akan kuurus belakangan karena aku sudah tahu tempat ini adalah titik kumpul mereka," ucapnya dengan lebih tenang. Tetapi tetap saja aku dan yang lainnya harus waspada padanya, di balik jubah hitamnya yang berukuran besar itu pasti tersembunyi sesuatu yang mengerikan.

"Erm … bagaimana aku harus menjelaskannya … menara itu adalah alat penanda milikku. Aku meletakkannya di berbagai level untuk berbagai keperluan jadi … tidak perlu khawatir." Ia dengan mudahnya memberi informasi seperti itu kepada kami, tetapi tetap saja, siapa yang tidak khawatir saat ini?! Ada Sera si pemburu di depan kami!

Dan juga, "penanda"? Itu dapat berarti banyak hal! Apakah "penanda" ini memiliki fungsi seperti alat teleportasi ala permainan video? Atau sebagai alat observasi layaknya menara pengawas? Ada banyak sekali kemungkinan dan tentu saja fakta ia telah menaruh banyak penanda di banyak level benar-benar membuatku tidak habis pikir. Aku tidak akan mempertanyakan bagaimana ia bisa memiliki maupun memasang penanda berbentuk pilar raksasa itu, keberadaannya saja sudah tidak logis.

"Aku tidak yakin dengan menara itu, kau pasti mengincarku, bukan?" ucap Eli yang sedari tadi berada di belakang kami, kali ini ia keluar dari persembunyiannya itu dan melangkah ke hadapan Sera.

"Kau … di sini?"

"Ya, aku di sini. Kau pasti sedang mencariku bukan?"

"Tidak … kau salah." Sera menggelengkan kepalanya.

"Tidak mungkin."

"Itu … ah lupakan, menara dahulu." Sera kemudian meninggalkan kami dan melangkah dengan cepat ke arah menara.

"Hei!" panggil wanita pemandu, sepertinya ia tidak senang ketika Sera mengabaikannya dan pergi begitu saja. Sera terus melangkah ke arah menara tanpa memperdulikan kami dan entah apa yang hendak ia lakukan kali ini.

"Terakhir dia memukul wajahku, sekarang dia hendak macam-macam di wilayah ini. Aku tidak tahu apa tujuannya yang pasti aku harus mengusirnya dari tanah ini walau nyawa menjadi taruhanku!" Eli kemudian berlari ke arah Sera setelah kami gagal menghentikannya. Aku segera berlari mengejarnya tetapi ia cepat sekali, apa-apaan kecepatan itu?!

"Kuh!" Ia tiba-tiba terpelanting ke salah satu rumah ketika terjangannya dipantulkan kembali oleh sesuatu yang tidak terlihat di sekitar Sera. Melihat hal itu aku dan timku menjadi tidak berani mendekatinya, apa pun Sera itu, bukan merupakan pilihan bijak untuk mendekatinya.

Eli kembali bangkit dan berlari ke arah Sera yang tengah berjalan, namun seketika Sera menangkap wajahnya dan membantingnya ke aspal dalam sekedipan mata, "Diamlah."

Eli kemudian tidak bergerak dan itu membuatku memberanikan diri untuk mendekat, walau Sera kembali berjalan ke arah menara itu tetap tidak menjamin bahwa aku akan baik-baik saja, aku harus terus waspada dan tetap menjaga jarak darinya. Anehnya, Eli terlihat baik-baik saja, ia hanya berbaring di sana dengan wajah masam.

"Kau baik-baik saja?" tanyaku padanya.

"Yeah, aku senang dia tidak menghabisiku. Tapi tetap saja itu sakit."

Walau ia bilang begitu, tidak ada luka maupun bekas kemerahan sama sekali. Ya kesampingkan saja itu dahulu, jika ia bilang baik maka itu baik, sekarang yang penting adalah apa yang hendak Sera lakukan pada menara itu. Jika itu hal buruk maka itu harus dihentikan sesegera mungkin karena entah apa yang terjadi dengan level ini nantinya, yah walau kami sebenarnya tidak yakin bagaimana caranya. Kami langsung bergegas menghampirinya dan kini kami tepat berada sejauh beberapa meter di belakangnya, ia terlihat menapakkan kedua telapak tangannya pada menara itu dan sinar dari menara itu langsung meredup.

"Dengan begini, semua baik-baik saja," gumamnya.

Ia kemudian menghadap ke arah kami, tidak, lebih tepatnya ke arah Eli yang ada di samping kami.

"Beritahu kepada kaummu untuk tidak menyentuh menara ini, sebagai penanda benda ini cukup rapuh. Satu kesalahan saja maka akan berakhir sebagai Pilar Kreasi." Sera menatap tajam kepadanya sambil menaikkan suaranya.

Pilar Kreasi? Pilar kristal ini … bisa menjadi Pilar Kreasi? Hah?

Eli tidak berkomentar apa pun, ia hanya mengangguk pelan. Sera kemudian terlihat menggaruk bagian belakang kepalanya dan kemudian berkata, "Aku permisi. Jika ada masalah yang terjadi maka itu bukan salahku dan jangan salahkan aku terus untuk hal yang tidak aku lakukan."

Eli seketika tertawa setelah mendengar hal itu, aku memang tidak tahu ada apa di antara mereka maupun apa yang terjadi di balik semua ini. Tetapi yang pasti, kami harus tidak ikut campur dalam masalah ini. Untuk kebaikan kami juga tentunya. Sera kemudian pergi dan menghilang secara perlahan di udara, bisa dibilang ini adalah pertama kalinya kami melihat secara langsung apa yang bisa Sera lakukan dengan mata kepala kami. Tunggu, bukankah ini artinya semakin banyak yang harus kami laporkan? Ah sial, Sera menambah pekerjaan kami saja!

Aku kemudian mengambil kembali buku catatan dan alat tulisku, sepertinya aku akan sibuk lagi kali ini. Sera, Eli, Manstria, sungguh ada begitu banyak sekali misteri di balik mereka semua. Jangankan soal Backrooms, para Manstria dan Sera saja sudah memberi teka-teki yang sulit untuk dipecahkan. Siapa sangka bahwa Sera terlibat dengan menara besar ini dan … tunggu, jika menara ini sudah ada sejak lama, seberapa tua wanita itu?!

"Wanita itu selalu saja menggangguku, hmph!" ucap Eli yang sedang menginjak-injak rerumputan di pinggiran jalan, ia kesal walau aku tidak mengerti mengapa.

"Pertama Cornerium, lalu Alvus 11, sekarang ia muncul lagi di level ini. Jika ia memang ingin menghajarku, kenapa ia tidak terus terang saja?!" lanjutnya.

Lagi-lagi aku tidak mengerti apa yang ia bahas tetapi aku tahu bahwa Sera telah berulang kali melakukan kontak dengannya, tetapi Cornerium? Bukankah itu sebuah cabang level dari level yang tersegel itu? Aku kemudian memutuskan bertanya padanya hubungan antara dia dengan level itu.

"Um yeah. Maaf sebelumnya. Sebenarnya namaku Eden, nama yang kugunakan sebelumnya hanya nama palsuku hehe." Eli- bukan, Eden, ia menurunkan wajahnya untuk meminta maaf kepada kami.

Eden ya? Itu menjelaskan banyak hal terutama mengapa para Manstria sangat patuh padanya. Sosok Manstria berkasta tinggi, setidaknya itu yang kudengar dari temanku, ia memang bukan sosok yang jahat namun tetap harus diwaspadai. Penyamarannya sebagai manusia benar-benar luar biasa karena kami benar-benar tidak menyadari jati dirinya, tetapi tingkah lakunya dengan Manstria menaikkan bendera kecurigaan tentunya. Yah, sepertinya aku tahu harus apa sekarang.

"Sungguh? Kalian sudah mau pulang?" tanyanya padaku.

"Ya, kurasa kami sudah cukup banyak melihat-lihat."

"Sera bukan bagian dari tur jadi tidak perlu merasa takut begitu, lagipula kita masih ada jadwal makan malam yang menunggu kita, bukan?"

"Um …."

"Oh ayolah! Aku memang Manstria, tetapi aku tidak akan memakan kalian. Justru sebaliknya, aku akan membiarkan kalian memakan daging terbaik nantinya!"

Ah dia memikirkan makanan, benar-benar Manstria sekali. Sebuah ciri khas yang selalu ada pada Manstria adalah bagaimana rasa lapar mereka selalu muncul pada saat-saat acak. Bahkan sekarang ini ia telah membuatku curiga dengan kata kunci "daging" yang ia ucapkan itu, aku harus segera mengalihkan topik sekarang.

"Ehem! Eden, sekarang menara ini mau diapakan?" tanyaku. Seketika wajahnya kembali serius, sepertinya aku berhasil mengalihkan topik pembicaraan kami.

"Um, aku akan memerintahkan para Manstria untuk memasang pagar pembatas. Lagipula benda ini sebenarnya apa sih?!" Ia kemudian memukul-mukul menara itu dengan keras, sepertinya rasa kesalnya masih belum hilang.

Tetapi, bukankah Sera bilang untuk menjauhkan tangan kaumnya Eden dari menara? Apakah itu termasuk Eden juga? Jika iya, bukankah itu berarti … "Eden!"

Seketika menara itu bercahaya lagi dan aku segera menarik Eden yang membatu di tempat, "Ah sial, pekerjaanku semakin banyak saja!"

Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 License