Hutan Kayu Hitam

Included page "credit:start" does not exist (create it now)

Judul: Level X.2-ID — "Hutan Jarum"
Penulis: lemme
Tahun rilis: 2023

Gambar olehku.

Merupakan bagian dari Beyond The Maze: A Walk In The Fogs

Included page "credit:end" does not exist (create it now)

KESULITAN MENYINTAS:

Kelas n/a

• {$one}
• {$two}
• {$three}

Ilustrasi Level X.1-ID yang ada di buku cerita "Liminality"

Level ini hanya sebuah cerita di kalangan Manstria di Level X-ID, salah satu dari tim penjelajah Level X-ID sengaja membentuk sebuah artikel berdasarkan cerita tersebut.

Deskripsi

Level X.1-ID merupakan sebuah hutan dengan ciri khas tanah hitam dengan pepohonannya yang memiliki bentuk seperti jarum yang juga berwarna hitam. Kerapatan pepohonan di level ini sedang dengan beberapa tempat memiliki kerapatan yang lebih rendah sehingga bisa dimanfaatkan untuk mendirikan tempat tinggal. Hutan ini selalu tertutupi kabut tebal dengan jarak pandang bervariasi namun tidak pernah lebih dari empat meter, kabut ini juga memberi hawa sejuk ke seluruh bagian Level. Tebalnya kabut dapat membuat penjelajah tersesat dengan mudah, namun papan petunjuk arah telah dipasang di setiap beberapa meter untuk memudahkan perjalanan. Level selalu dalam keadaan siang walau dapat menjadi sangat gelap jika berada di bawah bayangan Gigant. Medan di Level ini juga sangat datar dengan beberapa kubangan berisi Air Almon. Level ini tidak memiliki entitas apapun selain para Gigant yang terkadang melintas di dalam level. Air Almon merupakan salah satu sumber nutrisi utama di level ini, yang di mana dapat didapatkan pada embun, pada kubangan di tanah, atau dengan memeras serat pohon Blackwood.

Pohon Blackwood merupakan sebutan untuk satu-satunya jenis flora yang tumbuh di dalam evel ini. Memiliki ciri khas berwarna hitam tanpa ranting layaknya jarum hitam raksasa yang menyembul dari dalam tanah. Pohon ini dicurigai tidak memiliki daun atau bahkan tidak hidup karena tidak adanya sisa daun mati di atas tanah. Pohon ini juga diperkirakan tidak berujung karena setiap pohon yang tumbang akibat aktivitas Gigant selalu dalam keadaan terpotong-potong atau bahkan hancur sehingga tidak diketahui tinggi pasti dari pohon ini. Walau begitu, komunitas penyintas menggunakan pohon yang telah tumbang sebagai bahan baku untuk keperluan sehari-hari mereka. Pohon ini juga memiliki suhu hangat di batangnya sehingga batang pohon akan selalu tertutupi kabut yang mengembun, embun ini dapat dikumpulkan sebagai air minum.

Kayu dari pohon Blackwood dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, perabotan, atau bahkan dijadikan sumber pangan. Kayu Blackwood memiliki kemiripan dengan pohon sagu dalam hal isi batang sehingga kayu ini menjadi sumber nutrisi utama para penyintas yang tinggal di Level ini.

Basis, Pangkalan and Komunitas

Komunitas Blackwood

• Merupakan sebuah desa yang didirikan oleh para penyintas yang keluar dari kubah Level X-ID.
• Setiap bangunan memiliki gaya arsitektur klasik dan biasanya dibangun di wilayah dengan kerapatan pohon jarang.
• Desa ini dikelilingi oleh pagar tinggi yang terbuat dari kayu Blackwood.
• Terdiri dari sekitar 150 orang.
• Bersahabat dan terbuka untuk transaksi.
• Dikenal memiliki produk khas yaitu perabotan dan teh dari kayu Blackwood.
• Diketahui sangat menjaga pohon Blackwood karena mereka sangat bergantung pada pohon ini.

Darbala Gigant

• Tidak banyak informasi tentang grup ini.
• Biasanya akan bersikap ramah ketika berinteraksi dengan mereka, namun dapat menjadi agresif jika ada yang tidak menghormati keyakinan mereka.
• Mereka tidak akan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan identitas grup beserta anggotanya.
• Mereka dapat terlihat sesekali di luar pagar pembatas komunitas Blackwood.

Alvus "Pengelana Kabut"

• Merupakan para Manstria yang keluar dari kubah Level X-ID dan akhirnya menetap di level ini.
• Jumlah anggota tidak diketahui.
• Menolak interaksi dengan siapa pun.

Akses Masuk dan Akses Keluar

Akses Masuk

Lokasi ini dapat ditemukan setelah masuk cukup dalam di luar kubah Level X-ID, tidak diketahui pasti arah mana yang tepat untuk bisa menuju Level ini.

Akses Keluar

Masih belum diketahui cara untuk keluar dari Level ini.

Daftar Transkrip Tambahan

Transkrip 1

---

Begitu banyaknya para pendatang baru mendatangi tempat ini membuat mau tidak mau kami harus terus membangun tempat tinggal baru untuk mereka. Mereka mengaku sebagai pengungsi dari wilayah yang lain karena wilayah mereka kedatangan entitas asing yang menakutkan. Tentu saja kami harus menyediakan tempat tinggal baru untuk para pengungsi seperti mereka bukan? Masalahnya, mereka tidak menyukai cara kami dalam mendapatkan kayu. Metode mencari pohon yang telah tumbang sebagai bahan baku bangunan memang membutuhkan waktu, namun itu adalah cara terbaik tanpa harus merusak hutan yang telah menemani dan menjadi identitas desa kecil ini. Ya, kami tidak setuju dengan metode penebangan yang mereka inginkan. Memang cepat untuk mendapatkan kayu karena hal itu, tetapi kami tidak mau mereka asal tebang.

Transkrip 2

---

Kami selalu berpegang pada prinsip, kami bahkan masih ingat apa kata para rekan-rekan kami para Darbala Gigant, "jangan pernah menebang pohon di sini". Tetapi tampaknya keadaan memang tidak mendukung kami, para pendatang baru itu membutuhkan tempat tinggal dan lebih banyak sumber daya secepatnya. Setelah perdebatan panjang akhirnya kami memutuskan untuk menebang satu pohon saja sebagai awalan.

Transkrip 3

---

Sudah satu minggu lamanya dan mereka masih belum kembali, mereka ingin mengetahui berapa tinggi pohon yang telah kami tebang. Semoga mereka kembali lebih cepat, orang-orang ini membutuhkan lebih banyak tenaga kerja untuk mengolah kayu pohon itu menjadi bangunan baru.

Transkrip 4

---

Setelah dua bulan lamanya kami telah membuka lahan seluas 1km² hanya untuk mendirikan bangunan-bangunan baru. Desa untuk para pendatang baru. Ya ampun, aku berada di titik di mana apakah tindakan ini benar atau tidak. Kami membuka lahan tersebut sekitar beberapa ratus meter dari desa kami, walau begitu jalan dan papan penunjuk arah telah dibangun untuk menghubungkan kedua wilayah.

Kalau dilihat-lihat, desa para pendatang itu memiliki kabut yang sangat tipis … seperti kubah, mungkin karena kurangnya pohon di sana. Walau begitu, kami masih tidak bisa melihat seperti apa langit di atas sana.

Transkrip 5

---

Aku melihat api, ya, api. Aku melihat para pendatang baru itu membakar pepohonan. Sebagai ketua desaku tentu aku memarahi mereka, tetapi mereka tetap bersikeras bahwa cara ini jauh lebih efektif dalam membuka lahan. Aku terpaksa kembali ke rumahku sambil menahan rasa sakit pada tubuhku yang kudapatkan ketika mencoba menghentikan mereka. Aku sangat tidak menyukai para pendatang baru itu, semoga saja mereka mendapat balasan dari perbuatan mereka.

Transkrip 6

---

Langit tiba-tiba menjadi gelap, aku tahu ada Gigant yang sedang melintasi hutan ini. Tetapi gempa kali ini sangatlah kuat sampai-sampai rumahku roboh. Aku memang selamat walau ada banyak kerusakan di sana sini. Aku memeriksa rumahku setelah Gigant itu pergi, yah butuh beberapa waktu untuk mengamankan beberapa barang terlebih dahulu. Aku akan menuju ke rumah-rumah tetangga dahulu untuk mengecek keadaan mereka.

Transkrip 7

---

Para penduduk desa kami selamat, walau ada beberapa yang mengalami luka ringan. Kami akan fokus dalam mengumpulkan sumber daya dan perbaikan terlebih dahulu sebelum mengecek desa para pendatang karena kami penasaran dengan mereka, ini pasti pengalaman pertama mereka.

Transkrip 8

---

Kami kemudian memutuskan untuk menuju ke desa sebelah, desa para pendatang baru. Aku dan para petinggi desa lainnya kemudian berangkat menuju ketempat mereka sambil membawa beberapa orang yang siap membantu sekaligus membawa obat-obatan dan makanan. Walau aku membenci mereka, sebenarnya aku mengkhawatirkan mereka. Gigant yang waktu itu berada sangat dekat dari desa kami sehingga getarannya luar biasa, aku yakin mereka juga terdampak getarannya.

Transkrip 9

---

Aku dan rekanku memimpin perjalanan, di tengah perjalanan kami melihat ada beberapa kamp para Darbala Gigant. Ini aneh, karena mereka tidak pernah masuk sejauh ini sampai ke wilayah kami.

Aku kemudian bertanya kepada temanku, "Kenapa ada banyak orang-orang aneh itu di sini, kawan?"

"Entahlah, kurasa mereka ingin membantu. Apa kau ingin bertanya pada mereka?"

"Yeah, lagipula aku sudah sering bertemu dengan mereka. Bagus jika mereka memang mau membantu, tapi bukankah itu aneh? Mereka tidak pernah peduli dengan kita kan?"

"Mungkin karena Gigant tempo hari makanya mereka kemari?"

"Itu masuk akal."

Setelah mengobrol dengan rekanku itu aku kemudian menghampiri salah satu dari para Derbala itu dan bertanya. Jawaban dari salah satu anggota itu mengejutkan kami.

"Sang Agung para Penopang Dunia menunjukkan pangasihannya kepada kita semua! Mereka mendengarkan doa kami! Mereka menunjukkan kekuasaannya kepada kami! Sang Agung! Gigant yang maha besar nan perkasa! Mereka telah menapakkan kaki mereka yang mantap nan agungnya di dekat kita!"

"Ho'oh, lalu di mana dirinya itu menapakkan kakinya?"

"Pertanyaan bagus saudaraku! Maju saja terus ke depan! Kau akan melihat jejak dari Sang Maha Agung!"

"Baiklah, terima kasih akan informasinya, saudaraku."

"Sama-sama saudaraku!"

Yah mereka aneh seperti biasanya. Kami juga sudah menduga kalau mereka datang karena Gigant-nya, tetapi apa maksudnya jejak? Apa jangan-jangan Gigant melintasi daerah di dekat desa para pendatang?

Kami segera bergegas ke sana dan mendapati bahwa kami harus merubah peta kami, Gigant telah menapakkan kakinya di atas kota para pendatang.

Transkrip Darbala Gigant

---

Hutan tersebut berfungsi sebagai pelindung bagi siapa pun yang tinggal di dalamnya, karena itu kami memperingatkan mereka untuk tidak menebang pohon walau pun hanya satu pohon saja. Karena ruang terbuka adalah akhir bagi siapa pun di wilayah penuh Gigant ini, mereka (para Gigant) akan menapakkan kaki-kaki mereka di ruang terbuka yang mereka temui.

---

"Oh wow, kalian benar-benar membuat artikel dari kisah ini. Bagaimana kalau kalian membuat artikel dari kisah-kisah yang kumiliki? Aku ada lebih dari ribuan kisah yang bagus di dalam kepalaku tahu!"

"… maaf nona, itu tidak perlu. Cukup satu saja. Sungguh, kami tidak perlu lebih banyak lagi."

"Lah kenapa??"

"Nanti katalog kami akan dipenuhi oleh kisah fiktifmu tahu."

"Enak saja mengatakan semua itu kisah fiktif. Hmph!"