Kehilangan Akan Keajaiban?

Malam hari, saat bulan Februari menunjukan 14 keajaiban ke dunia malapetaka ini dengan seikat bunga yang indah di samping sebotol air almon yang menawan dengan meja sebagai pijakan indah beserta sebuah lilin kecil yang menemani hari itu dengan cahayanya yang menyala di tempat yang selalu malam. Tanpa melewatkan satu detik pun, sang pelayan sudah mengambil biolanya dan berdiri di sebelah meja.

Keajaiban kesepuluh, suatu kalung berbentuk hati keluar dari saku kanan celana pria itu. Tangannya memegang kedua sisi dari kalung dan mulai mengarah ke belakang leher gadis itu. Gadis itu mulai menunjukkan rona merah pada wajahnya yang manis. Bagaimana bisa masih ada pria yang memberikan hadiah ke seorang gadis di dunia ini? Inilah keajaiban kesepuluh.

Keajaiban kesepuluh, suatu kalung berbentuk hati keluar dari saku kanan celana pria itu. Tangannya memegang kedua sisi dari kalung dan mulai mengarah ke belakang leher gadis itu. Gadis itu mulai menunjukkan rona merah pada wajahnya yang manis. Bagaimana bisa masih ada pria yang memberikan hadiah ke seorang gadis di dunia ini? Inilah keajaiban kesepuluh.

Keajaiban kesebelas, sebatang coklat bermerek RKB diantarkan oleh seorang pelayan kepada sang gadis di akhir acara. Atasnya terpasang kertas berbentuk hati bertuliskan "Will you marry me?". Bagaimana bisa terjadi lamaran di dunia ini? Inilah keajaiban kesebelas.

...

"Hah …, apa ku sudah berlebihan? Apa harus direlakan sekarang?" Pria itu menutup bukunya dan berdiri dari kursi tempat dia membuat kisah. Dia berjalan menjauh dari tempat itu sambil memegang kalung hati dilehernya, menuju tempat tidur. Di sana, di tempat tidur, terlihat seorang malaikat kecil yang sedang tidur, bayi laki-laki dengan kedua sayap kecil yang tumbuh di punggungnya.

Pria itu meletakkan tangan besarnya ke kepala bayi dan mengelusnya. "Marlin, maafkan ayah yang tak berdaya ini. Maafkan ayah yang tak bisa membuatmu melihat dan merasakan kasih sayang ibumu. Ayah juga berputus asa akan hal itu," air mata keluar dari mata pria itu, bagaimana pun ini adalah hari kematian dan lahirnya keajaiban baginya.

Bayi itu terbangun dari tidurnya yang nyenyak, melihat sang ayah menangis, menangislah pula dia. Melihat hal tersebut, pria itu mulai menggendong dan mencoba menenangkan tangisan anaknya, "aduh anakku yang ganteng, kamu menangis ya karena ayah, tidurlah sayang, waktu masih belum turun walau matahari tidak pernah turun."


Saat pagi sudah ditunjukkan pada jam, saat itulah mereka harus pergi. Tepat disebelah tempat mereka tidur, tempat sementara mereka tinggal untuk beristirahat, sebuah restoran berdiri tangguh di tengah kekacauan. Mereka pergi ke restoran, menuju awal keajaiban terjadi.

"Selamat datang di Restoran Kalasan Belakang, selamat pagi pak Dori, sudah lama kita tak bertemu. Apakah sudah satu tahun?" Sambut sang kasir. Dia pemain biola yang handal, musik mungkin nama tengahnya. "Mungkin besok baru tepat satu tahun, ngomong-ngomong kuenya sudah ada?" Pria itu mengambil kursi bayi di pojokan ruang dan meletakkannya di meja nomor 7. Menaruh bayi duduk di kursi dan berjalan ke arah kasir.

"Ini kuenya untuk sang malaikat kecil, tapi kenapa kau menamainya dengan nama ikan, bukankah nama burung lebih cocok dengannya?"

"Hah …, karena itu akan mengingatkanku dengan dia."

"Oh ya, benar, nona pasti juga tak mau kau berlama bersedih."

"Benar, dia selalu memedulikanku lebih dulu dibanding dirinya sendiri, bahkan sampai meninggalkanku."

Kasir itu mengambil korek dan menyalakan lilin, "hey, sadarlah, sana pergi dan rayakanlah dengan anakmu. Kalau kau tetap begitu, aku akan merasa bersalah karena mengingatkan kau pada nona." Kasir itu mendorongnya menjauh ke mejanya. Pria itu membawa kue berbentuk hati merah dengan lilin kecil di atasnya. Kasir itu memang perajin yang handal, lilinpun dapat dia buat dengan bahan seadanya.

"Sebuah kue berbentuk hati berwarna merah mawar, dibuat dengan sepenuh hati oleh pelayan yang juga kasir. Lilin dahulu, biarlah dahulu, lilin sekarang, biarlah berjuang sampai waktu berlalu. Bagaimana bisa kue ini menjadi akhir dari keajaiban di dunia ini? Ini …, Apakah ini keajaiban atau waktu sang keajaiban harus dihilangkan?"

Kue itu diletakkan di atas meja depan sang bayi kecil. Bayi itu ketawa kegirangan melihat api yang bergerak ke kanan dan ke kiri. Dengan wajah yang tersenyum, melihat satu-satunya yang diberikan istrinya, dia telah merelakan semua keajaiban yang telah berlalu dan mulai membuat yang baru.


"Selamat ulang tahun anakku."






14 Keajaiban | Kehilangan Akan Keajaiban?


penilaian: +2+x
Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 License